Teknogav.com - Visinema Group meluncurkan BION Studios, perusahaan film yang fokus memproduksi konten hyperlocal dan tren yang sedang berkembang di masyarakat. Rumah produksi ini juga bisa menjadi alat dalam menangkap gagasan-gagasan segar dan cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kehadiran BION Studios ditujukan untuk memberi ruang bagi cerita-cerita yang relevan, tetapi masih asing dan sangat berpotensi menggugah hati penonton.
Visi Visinema Group (Visinema) adalah menjadi the center of excellence in every form of storytelling in Indonesia. Kemampuan narasi, hasil karya yang kreatif dan produk-produk yang dihasilkan menunjukkan kemampuan Visinema dalam membangun cerita dan narasi yang engaging.
"Sebenarnya Visinema merupakan suatu ekosistem dengan the art of story telling. Jika ingin menjadi the center of excellence maka perlu suatu ekosistem," ucap Herry Budiazhari Salim, Group President & CEO of Visinema Studios.
Herry Budiazhari Salim, Group President & CEO of Visinema Studios |
Ekosistem Visinema mencakup Visinema Pictures, Visinema Studios, Visinema Content dan Bioskop Online. Visinema Pictures menghadirkan cerita-cerita berkualitas yang inovatif dan eksploratif untuk layar lebar. Film-film produksi Visinema Pictures mencakup Mencuri Raden Saleh dan 13 Bom di Jakarta. Sementara, Visinema Studios menghadirkan cerita yang relevan untuk anak dan keluarga, serta aman untuk semua umur.
Baca juga: Visinema Pictures Luncurkan Poster dan Trailer "Home Sweet Loan"
Sesuai namanya, Visinema Content memproduksi konten untuk ditayangkan secara digital dan streaming. Bioskop Online merupakan platform video on demand yang menayangkan film-film karya kreator lokal yang belum merilis film di bioskop. Masyarakat yang tidak sempat menonton film di bioskop pun bisa menonton film yang sudah tidak ditayangan di bioskop pada platform ini. Kini, konten dan cerita hyperlocal untuk layar lebar akan dihadirkan oleh BION Studios yang baru diluncurkan Visinema sesuai dengan visinya.
“BION Studios hadir untuk mengangkat cerita-cerita yang viral dan tumbuh dari akar rumput. Kami ingin menjadi wadah bagi konten-konten yang segar, dekat dengan masyarakat, dan memiliki daya tarik besar di pasar hyperlocal. Kami menangkap cerita-cerita yang tumbuh dari budaya populer, tren yang sedang berkembang, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. BION Studios dilahirkan untuk memberikan ruang bagi suara-suara yang mungkin belum terdengar, tapi punya potensi besar untuk menggugah hati penonton," lanjut Herry Budiazhari Salim.
Baca juga: Film ‘Seni Memahami Kekasih’, Kisah Cinta Kreator Digital yang Viral
Daftar Jajaran Film yang akan Diproduksi BION Studios
BION Studios sudah memiliki daftar judul film yang akan diproduksi. Serangkaian film-film tersebut dirancang untuk menyajikan konten yang menghibur sekaligus relevan dengan audiens Indonesia.
Ajeng Parameswari, Chief of Business Stream & BION Studios |
“Beberapa film yang kami produksi akan tayang di 2025, di antaranya Ambyar Mak Byar, Selepas Tahlil, dan Kami (Bukan) Sarjana Kertas. Setiap film ini membawa cerita yang sangat dekat dengan masyarakat dan mencerminkan tren yang sedang terjadi,” ucap Ajeng Parameswari, Chief of Business Stream & BION Studios.
- Ambyar Mak Byar yang mengisahkan pemuda naif dalam memperjuangkan cintanya dengan membentuk band Konco Seneng bersama sahabatnya. Sayangnya keluarga sang gadis tak merestui hubungan keduanya dan terus melakukan sabotase segala upaya yang dilakukan Konco Seneng. Kisah tersebut ditulis oleh Puguh P.S. Admaja yang juga bertindak sebagai sutradara film tersebut.
Film ini dibintangi penyanyi dangdut Happy Asmara yang berperan sebagai Bethari (24) yang diharapkan cintanya oleh pemuda naif. Sang pemuda naif tersebut adalah Jeru (25) yang diperankan Gilga Sahid. Para sahabat Jeru yang tergabung dalam Konco Seneng adalah Rick (27) yang diperankan Evan Loss, Aruna (26) yang diperankan Angie Williams, Novian (29) yang diperankan Erick Estrada, dan Wahyu (27) yang diperankan Yusril Fahriza.
“Saya sangat senang bisa menjadi bagian dari film Ambyar Mak Byar. Ceritanya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, terutama anak muda yang berjuang dengan cinta dan impian. Saya harap BION Studios akan terus memproduksi film-film yang tidak hanya menghibur, tapi juga relevan dengan banyak orang dan bisa dinikmati oleh kalangan luas. Selain itu, lewat film ini harapannya saya bisa lebih mengenalkan campur sari ke lebih banyak penonton,” ucap Happy.
- Selepas Tahlil adalah film yang diangkat dari Intellectual Property (IP) Lentera Malam. Film ini berkisah mengenai seorang anak perempuan yang ingin memakankan jenazah ayahnya. Namun, pada malam selepas tahlil, jenazah sang ayah bangkit, berjalan keluar rumah dan menghilang di kegelapan. Penampakan sosok mayat berjalan di ujung jalan desa pun dilihat seorang warga di Lamongan. Jika orang kelahiran desa tersebut meninggal, ketika jenazahnya tak segera dipulangkan maka akan pulang sendiri.
Film ini dibintangi oleh Aghniny Haque yang biasa berperan dalam film-film horor seperti KKN di Desa Penari, dan Pemandi Jenazah.
Baca juga: Film #OOTD Padukan Isu Sosial, Fesyen dan Semangat Keberlanjutan
Aghniny Haque |
“Berakting di Selepas Tahlil rasanya seperti pulang ke rumah, karena ini masih bagian dari Visinema. Selain itu saat mengetahui visi BION Studios yang fokus ke pasar hyperlocal membuat saya semakin bersemangat untuk terlibat di film ini,” ucap Aghniny Haque.
- Kami (Bukan) Sarjana Kertas merupakan film hasil adaptasi novel bestseller karya J.S. Khairen. Film ini berkisah mengenai tiga pemuda medioker ingin segera dan mudah mendapatkan ijazah sarjana. Mereka pun kuliah di Kampus UDEL, kampus swasta berbiaya murah yang tak jelas kualitasnya. Namun, seorang dosen perempuan muda yang nyentrik bertekad mengubah sistem pembelajaran untuk menegaslam Kampus UDEL bukanlah sekadar penghasil sarjana kertas.
J.S. Khairen |
BION Studios berkomitmen menyajikan cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia dan tren yang sedang berkembang. Harapannya, BION Studios dapat mewadahi berbagai ide kreatif yang dapat menghubungkan pennonton dengan cerita-cerita yang dikenal dan dialami sehari-hari. Hal ini diwujudkan dengan memproduksi konten yang relevan dan mengunggah.
"Kami ingin terus menyajikan konten yang mengangkat cerita dari masyarakat untuk masyarakat, agar mereka merasa lebih terhubung dengan apa yang mereka tonton," tutup Ajeng.