
Teknogav.com - Temuan-temuan dalam laporan ‘Securing OT with Purpose-built Solutions’ diungkapkan Kaspersky dan VDC Research di GITEX Asia 2025. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis status terkini keamanan siber Teknologi Operasional (Operational Technology/OT). Laporan tersebut juga menyajikan wawasan mengenai tren utama bisnis dan hal terkini yang mempengaruhi organisasi OT. Identifikasi praktik terbaik yang dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan dalam OT juga dipaparkan pada laporan tersebut.
Laporan penelitian disusun berdasarkan penelitian di sektor keamanan siber OT yang dilakukan selama beberapa tahun dan survei. Lebih dari 250 pengambil keputusan OT dan TI berbagai industri, termasuk energi, utilitas, transportasi, logistik dan manufaktur dilibatkan dalam survei. Temuan-temuan dalam laporan penelitian mencakup tantangan seputar kepatuhan terhadap kebijakan dan kompleksitas integrasi IT/OT.
"Keamanan siber OT rumit dan sumber dayanya terbatas. Konvergensi OT/IT terbatas seiring pertumbuhan kehadiran perangkat-perangkat IoT yang memperluas permukaan serangn dan menambah risiko siber. Sementara itu, banyak CISO yang pengalamannya terbatas dalam lingkungan OT/IT/IoT yang konvergen. Hal ini menyebabkan organisasi membutuhkan bantuan dari vendor keamanan siber dengan keahlian yang tepat," ucap Jared Weiner, Director of Industrial VDC Research.
![]() |
| Jared Weiner, Research Director, VDC Research |
Baca juga: Kaspersky Jadi Mitra Cyber Immunity di GITEX Asia 2025
Tidak memadainya sumber daya yang dialokasikan untuk keamanan siber OT merupakan risiko utama dalam digitalisasi OT. Sejumlah 31,1% perusahaan industri, sebagian besar atau seluruhnya bergantung pada proses manual atau mulai menerapkan teknologi digital untuk tugas-tugas tertentu. Sementara, integrasi beberapa teknologi digital yang terhubung telah dilakukan oleh 22,7% perusahaan. Tingkat digitalisasi ini memang beragam, tetapi 63,6% organisasi industri berniat mencapai tahap sepenuhnya digital dari transformasi yang dilakukan. Hal ini ditunjukkan kemampuan digital yang proaktif dan berkelanjutan dalam dua tahun mendatang.
Organisasi OT di Asia Pasifik sedikit lebih maju dalam hal digitalisas. Hanya 22% perusahaan industri yang masih dalam proses tradisional atau mulai beradaptasi dengan teknologi digital. Sejumlah 36% responden sudah menerapkan beberapa teknologi digital yang terhubung, sedangkan 33% sudah mendapatkan integrasi digital penuh. Kematangan digital bahkan sudah dicapai oleh 9% responden.
Penerapan tekologi digital ini justru memicu kekhawatiran terkait keamanan siber lebih tinggi di Asia Pasifik dibandingkan rata-rata global. Manfaat transformasi digital dapat rusak oleh risiko keamanan siber terkait upaya menghubungkan sistem OT. Seiring meningkatnya organisasi yang beralih ke lingkungan yang sepenuhnya terhubung, masalah keamanan siber menjadi faktor yang paling dianggap berdampak negatif. Sejumlah 39,3% perusahaan industri di Asia Pasifik menganggap masalah keamanan tersebut sebagai tantangan.
Masalah keamanan siber tertentu menghambat adopsi teknologi digital perusahaan. Sejumlah 46,6% responden global menunjuk langkah-langkah keamanan yang tidak memadai dalam infrastruktur mereka sebagai masalah kritis yang dihadapi. Persentase yang sama merasa faktor anggaran atau personal yang tidak memadai untuk menangani keamanan siber OT sebagai masalah. Sedangkan tantangan kepatuhan kebijakan diakui oleh 42,7% responden, dan 41,7% menekankan kompleksitas integrasi IT/OT.
Baca juga: Masalah Jaringan Jadi Momok Perusahaan Industri Setiap Bulan
Sejumlah 68% organisasi industri di Asia Pasifik merasa terganggu akan kesenjangan dalam kemampuan keamanan. Sedangkan 56% merasa masalah terdapat pada kurangnya personal atau anggaran yang memadai untuk mengatasi pertahanan sistem organisasi. Sementara, 35% organisasi industri di Asia Pasifik merasa bermasalah dengan kepatuhan peraturan.
“Meskipun perusahaan industri di Asia Pasifik sedikit lebih maju dalam hal digitalisasi, survei kami menunjukkan bahwa hampir satu dari dua perusahaan masih memiliki protokol dan sistem lama yang ketinggalan zaman dan mencoba memecahkan kompleksitas integrasi TI dan OT internal. Dengan manufaktur terhubung di Asia Pasifik diprediksi akan membengkak menjadi industri senilai USD80 miliar pada tahun 2029, sangat penting bagi pelanggan OT untuk bermitra dengan penyedia keamanan siber yang memiliki kecerdasan tentang ancaman terbaru di sektor industri dan produk serta layanan yang mampu memberikan pertahanan holistik terhadap serangan kritis,” ucap Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.
![]() |
| Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky |
Kesadaran akan fungsi keamanan siber sebagai teknologi yang memungkinkan transformasi digital merupakan hal yang penting. Potensi penuh teknologi digital tak bisa diwujudkan tanpa perlindungan data dan sistem yang kuat. Kekhawatiran ini dapat mengikis kepercayaan dan menghambar perjalanan digitalisasi organisasi.
“Seiring terus berkembangnya konektivitas dan ketergantungan pada teknologi digital, potensi ancaman siber juga meningkat. Sangat penting bagi organisasi industri untuk mengadopsi solusi keamanan siber tangguh untuk memastikan bahwa saat menerapkan sistem OT baru dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, msereka secara bersamaan mengurangi potensi risiko siber yang dapat mengakibatkan gangguan signifikan dan kerugian finansial,” ucap Andrey Strelkov, Kepala Lini Produk Keamanan Siber Industri di Kaspersky.
Baca juga: Solusi Kaspersky yang Ditingkatkan Siap Amankan Perusahaan Industri
Kaspersky menyediakan ekosistem unik yang mengintegrasikan OT khusus, pengetahuan ahli dan keahlian bagi pelanggan OT. Platform XDR Kaspersky Industrial Cybersecurity (KICS) untuk infrastruktur penting merupakan landasan ekosistem OT tersebut. Solusi ini menyediakan inventaris aset terpusat, manajemen risiko, dan audit. Skalabilitas keamanan di berbagai infrastruktur yang terdistribusi dimungkinkan dalam satu platform ini.








