Film Tukar Takdir, Investigasi Kecelakaan Pesawat dengan Teknologi dan Kesaksian Film Tukar Takdir, Investigasi Kecelakaan Pesawat dengan Teknologi dan Kesaksian ~ Teknogav.com

Film Tukar Takdir, Investigasi Kecelakaan Pesawat dengan Teknologi dan Kesaksian


Teknogav.com
– Mouly Surya mempersembahkan film ke-6 yang disutradarainya, yaitu ‘Tukar Takdir” yang akan ditayangkan mulai 2 Oktober 2025 di bioskop Indonesia. Film ini merupakan hasil kolaborasi dari Starvision dan Cinesurya yang bekerja sama dengan Legacy Pictures. Kecelakaan pesawat jatuh merupakan tema utama dari film ini. Penonton diajak penasaran mengenai penyebab jatuhnya pesawat tersebut dan berempati pada keluarga korban. Film ini diadaptasi dari novel berjudul “Tukar Takdir” karya Valiant Budi dengan skenario yang ditulis oleh Mouly Surya.

Karya-karya yang membahas investigasi jatuhnya pesawat menjadi minat Mouly Surya sebelum menggarap ‘Tukar Takdir’. Pendekatan Mouly dalam film ini memadukan investigasi penyebab kecelakaan pesawat dengan drama emosional yang mengupas perjalanan luka para karakternya.

Baca juga: Film "Perang Kota" Usung Audio Dolby Atmos dan Kamera Dinamis

“Melalui film Tukar Takdir, saya mengeksplorasi bentuk yang belum pernah saya jelajahi sebelumnya tentang bagaimana sebuah petaka pesawat ditampilkan di depan layar. Film ini membutuhkan kematangan teknis untuk memberikan hasil yang maksimal. Di luar proses investigasi dan petaka pesawatnya, Tukar Takdir juga berbicara tentang berdamai dengan luka, duka, kehilangan, dan takdir,” ucap Mouly Surya.

Film ini mengisahkan musibah jatuhnya pesawat Jakarta Airways 79 dengan satu korban yang selamat dan 132 meninggal. Korban selamat tersebut adalah Rawa (diperankan Nicholas Saputra) yang berprofesi sebagai programmer di bidang berpajakan. Profesinya tersebut mengharuskan Rawa untuk menggunakan pesawat dalam bertugas dengan pilihan utama pesawat jenis Low Cost Carrier (LCC).

Raldi (diperankan Teddy Syach) merupakan salah satu dari banyaknya korban yang meninggal. Sebelum pesawat lepas landas, ternyata Rawa dan Raldi bertukar tempat duduk. Istri Raldi, Dita (diperankan Marsha Timothy) yang sangat sedih karena kehilangan suaminya pun marah mengetahui kenyataan tersebut. Dita yang berprofesi sebagai notaris telah menikah dengan Raldi selama 15 tahun setelah menjalin persahabatan saat mengenyam pendidikan. Kekecewaan memicunya untuk menuntut maskapai untuk memberi pertanggungjawaban atas kelalaian mereka dan lambatnya evakuasi korban.

“Memerankan seorang istri yang suaminya meninggal dalam petaka pesawat tentu saja meninggalkan duka mendalam untuk Dita, karakter yang saya perankan. Namun, Dita memilih mengolah duka itu menjadi perjalanan yang mengantarnya bertemu dengan sesama keluarga korban, dan memaknai kembali hidup, serta apa yang bisa ia lakukan setelahnya,” ucap Marsha Timothy.

Baca juga: Film “Lyora: Penantian Buah Hati” Tampilkan Lika-liku Kehidupan Meutya Hafid

Keluarga korban lainnya adalah Damianti (diperankan Marcella Zalianty) dan Zahra (diperankan Adisthy Zara). Masing-masing adalah istri dan anak dari pilot Jakarta Airways 79, Dirga (diperankan Tora Sudiro). Rawa, Dita, Damianti dan Zahra terhubung melalui musibah jatuhnya pesawat dan menjalani kehidupan untuk berdamai dengan takdir yang menimpa. Karakter Zahra menurut Adhisty Zara memiliki lapisan yang kompleks.

“Sebagai anak dari pilot pesawat Jakarta Airways 79 yang mengalami petaka, dan ayahnya meninggal, Zahra memikul beban emosional ibunya yang berlarut dalam kesedihan. Namun, di sini dia memilih untuk menyembunyikan duka dan rindu di balik senyuman. Dia sangat membutuhkan sosok ayah, dan Rawa menjadi sosok yang mengisi kekosongan itu,” ucap Adhisty Zara.

Investigasi penyebab kecelakaan pesawat pun terus dilakukan menggunakan teknologi, baik melalui black box maupun simulasi. Rawa sebagai satu-satunya korban yang selamat pun kerap dimintai bantuan untuk memberikan kesaksian. Momen demi momen pun dipaparkan Rawa secara bertahap mulai dari sebelum kecelakaan dan setelah pesawat jatuh. Perpaduan teknologi dan kesaksian Rawa dimanfaatkan untuk dapat menguak misteri di balik jatuhnya pesawat tersebut.

Nicholas Saputra mengungkapkan bahwa film ‘Tukar Takdir’ spesial baginya karena bermain dengan sederet pemeran yang hebat. Baginya, proses syuting terasa menyenangkan walah harus berperan dalam adegan-adegan yang menegangkan.

“Film Tukar Takdir bagi saya juga menjadi cara untuk melihat kembali bagaimana pesawat, yang secara statistik sebagai moda transportasi paling aman juga bisa terus melakukan perbaikan di dalam sistemnya. Sehingga penumpang juga bisa merasa aman. Peristiwa petaka pesawat di film ini juga bisa menjadi pelajaran, termasuk bagaimana para karakternya berdamai dengan duka dan takdir mereka,” ucap Nicholas Saputra.

Ketegangan antar-karakter dalam situasi kekacauan yang terjadi pasca-tragedi berhasil dihadirkan Mouly Surya sebagai penulis skenario dan sutradara film ini. Melankolia, amarah, petaka dan drama ditampilkan sempurna dari sisi adegan, sinematografi, penyuntingan, efek visual sampai scoring musik. Perpaduan tersebut menghanyutkan penonton dalam perjalanan emosi Rawa, Dita dan Zahra. Para pemeran sangguh memberikan dinamika pada film ini. Pemeran lain yang turut terlibat dalam film ini mencakup Meriam Bellina, Roy Sungkono, Ariyo Wahab, Revaldo, Hannah Al Rashid, Ayez Kassar, Devi Permatasari, Ringgo Agus Rahman, Bagus Ade Saputra, dan lain-lain.

Baca juga: Film “Siksa Kubur” Kisahkan Psikologis Korban Kesesatan Pemahaman Agama

“Ini adalah genre yang belum pernah dieksplorasi sineas kita, dan akan menjadi sajian yang fresh dan baru bagi perfilman Indonesia. Film ini bukan saja berbicara tentang petaka sebuah moda transportasi aman yang menjadi salah satu favorit masyarakat saat ini. Namun juga bagaimana para karakter di dalamnya berdamai dengan takdir,” ucap Chand Parwez Servia, produser film “Tukar Takdir”.

Ada banyak tantangan dalam mewujudkan visi kreatif tersebut. Namun, riset yang mendalam dan eksekusi yang presisi dari berbagai lini produksi membuat “Tukar Takdir” menyajikan pengalaman menonton yang berbeda.

“Kami menampilkan visual semeyakinkan mungkin untuk membangun nuansa yang chaotic, dan membawa penonton ikut merasakan petaka di dalam pesawat bersama karakter utama Rawa dan penumpang lain. Di sisi lain, kami juga menampilkan visual yang realistis sekaligus nuansa melankolis di film ini untuk menggerakkan Rawa bisa terhubung dengan karakter-karakter lainnya, yang akan menjadi sebuah perjalanan penyembuhan luka fisik dan batin yang panjang,” ucap Rama Adi, produser film “Tukar Takdir”.

Share:

Artikel Terkini