“Kami melihat adanya kebutuhan para santri untuk dapat bersaing di era digital setelah lulus dari pesantren. Program ini bertujuan mentransformasikan lembaga pendidikan pesantren agar lebih kompatibel dan relevan dengan era disruptif saat ini. Hal ini dapat dilakukan tanpa harus kehilangan jati diri sebagai santri,” ucap Arief Musta’in, Director & Chief Innovation and Regulatory Indosat Ooredoo.
Puluhan peserta ikut dalam workshop tersebut. Mereka berasal dari lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng. Latar belakang mereka pun beragam, ada yang sebagai Guru, Dosen, Pengasuh Pondok, Pengelola Unit Usaha Pondok Pesantren dan beberapa Mahasiswa Universitas Hasyim Asyari.
Program Pesantren 4.0 mempersiapka para santri menghadapi era digital, sehingga ilmu mereka dapat diterapkan di pesantren dan masyarakat luas. Kemampuan digital mindset dan keterampilan para digital talent dikembangkan.pada program tersebut. Harapannya inisiatif Indosat Ooredoo bisa menginspirasi dan diadopsi pesantren-pesantren lain.
Bukan tak mungkin jika lembaga pendidikan pesantren turut memelopori pencetakan para talent digital. Dampak mereka bagi kebaikan bangsa pun makin luas, terutama untuk mengembangkan ekosistem digital di Indonesia. Tujuan lain inisiatif Pesantren 4.0 adalah menemukan talent digital atau talent masa depan yang mengembangkan inovasi produk.
Selama belajar di pondok pesantren para santri bisa menggagas inovasi produk. Jika berhasil mengikuti program dengan baik, para santri juga berkesempatan magang di kantor Indosat Ooredoo. Tentu saja program magang ini disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, khususnya terkait dengan kebutuhan di dunia digital.
Dengan literasi memadai dan keterampilan digital mumpuni, semoga para santri tidak akan terpengaruh oleh aliran radikal yang memecah belah bangsa. Sebaliknya justru bisa turut serta memajukan pembangunan ekonomi bangsa ini.
Postingan
