Teknogav.com – Hari Lingkungan Hidup jatuh pada 5 Juni 2020. Kiprah berbagai organisasi nirlaba terharap pelestarian tentunya tak lepas juga dari peran penggunaan teknologi. Di hari peringatan tersebut, WWF-Indonesia memaparkan kolaborasinya dengan AWS dalam mempercepat usaha penyelamatan dan pelestarian orangutan. Hewan tersebut merupakan hewan khas Indonesia yang terancam punah.
WWF-Indonesia telah membangun konservasi habitat orang utan sejak tahun 2005 di wilayah seluas 568.700 hektar. Lokasi tersebut terdapat di Taman Nasional Sebangauh di Kalimantan Tengah Indonesia. Orangutan merupakan spesies yang tinggal di pepohonan dan hidup secara soliter.
![]() |
| © naturepl.com / Anup Shah / WWF |
Saat ini di Indonesia, populasi orangutan di Kalimantan mengalami penurunan lebih dari 50% selama 60 tahun terakhir. WWF-Indonesia berusaha melestarikan habitat mereka dengan terlebih dahulu mengenali setiap spesies yang kemudian diamati perilakunya. Langkah tersebut berlaku tak hanya untuk orangutan, tetapi berbagai spesies lain.
Baca juga: Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia Berkolaborasi Tingkatkan Konservasi Laut
| populasi satwa langka saat ini |
![]() |
| © WWF-Indonesia |
Dahulu proses tersebut dilakukan secara manual, sehingga membutuhkan waktu sampai tiga hari untuk menganalisis ribuan foto yang dikirim. Selain lama, proses tersebut juga rentan salah karena pengolahan yang dilakukan secara manual. Tantangan juga terjadi karena spesies tersebut susah ditemui karena pemalu dan sulit bergerak. Nah, untuk memudahkan mengenali dan memahami orangutan WWF-Indonesia memanfaatkan dukungan teknologi. Salah satu teknologi tersebut adalah cloud computing AWS yang didukung kecerdasan buatan atau artificial intelligence dan machine learning.
Baca juga: Taman Nasional Bali Jajaki Penggunaan AI untuk Penjagaan HutanK
ini WWF-Indonesia melakukan langkah pencacahan populasi orang utan dengan menggunakan teknologi pengenalan wajah dari AWS. WWF-Indonesia dapat mengumpulkan foto-foto secara otomatis dari smartphone dan kamera yang dipasang dari setiap base-camp. Pemotretan dapat dilakukan otomatis ketika ada gerakan dan kemudian foto diunggah ke Amazon Simple Storage Service (Amazon S3) untuk disimpan.
| © WWF-Indonesia dan AWS Indonesia |
|
Teknologi machine learning dari AWS ini tentunya akan memudahkan jika dalam hutan terdapat lebih dari 50 individu. Para ilmuwan sangat terbantu mengenali orangutan saat melakukan survei di lapangan ini yang kini jangkauan terotorinya bisa lebih luas. Mereka dapat mengevaluasi ukuran dan tingkat kesehatan populasi orangutan yang tinggal di habitat aslinya. Semua dapat dilakukan dengan sumber daya yang lebih sedikit, sehingga gapat menghemat biaya operasinal. Alokasi anggaran pun bisa dialihkan ke pos-pos pembiayaan lain untuk mendukung upaya konservasi biodiversitas di Indonesia.
| Aria Nagasastra, Finance and Technology Director WWF-Indonesia |
“Tingkat akurasi untuk observasi menggunakan teknologi AWS ini berbeda-beda tergantung data yang dimiliki. Individu dengan data foto-foto yang minim sekitar 35% sampai 90%. Sedangkan invidu dengan data cukup banyak keakurasiannya bisa sampai 95%,” ucap Aria Nagasastra, Finance and Technology Director WWF-Indonesia.
Akurasi dan spesifitas tiap proses tersebut mencakup pengukuran rasio gender dan umur dan tingkat viabilita setiap populasi. WWF-Indonesia dapat memantau kondisi setiap satwa dengan akurat dan cepat, sehingga jika sakit atau cedera bisa dilakukan perawatan segera. Peran teknologi machine learning AWS sangat penting apalagi jumlah ahli konservasi di kondisi saat ini terbatas.
Di masa depan, WWF-Indonesia juga berencana mengeksplorasi lebih lanjut
pemanfaatan layanan machine learning lain, seperti Amazon Rekognition.
Layanan tersebut merupakan layanan pencitraan dan gambar untuk mendukung
peningkatan kecepatan dan akurasi proses identifikasi dan pelacakan
keberadaan populasi-populasi orangutan.
Baca juga: Film Dokumenter “Berbagi Ruang untuk Bukit Tigapuluh” Bangkitkan Kepedulian pada Alam
| Vincent Quah, Regional Head – Education, Research, Healthcare, and Nonprofit Organizations, Asia Pacific, Worldwide Public Sector, AWS |
Vincent juga mengungkapkan bahwa misi AWS adalah membantu pelanggan berinovasi, termasuk pemerintah, edukasi seperti universitas dan sekolah, serta organisasi nirlaba. WWF-Indonesia merupakan salah satu organisasi nirlaba yang memanfaatkan teknologi dari AWS. Teknologi tersebut digunakan untuk membantu spesies langka di seluruh dunia dan melakukan konservasi. Di Indonesia, teknologi cloud computing AWS digunakan untuk pelestarian orangutan. AWS juga bekerja sama dengan AWS di Australia dan Selandia Baru, masing-masing untuk pelestarian Tazmanian Devil dan Kakapo.








