Audio Film Ferarri Gunakan Mikrofon Sennheiser untuk Hasilkan Suara Autentik Audio Film Ferarri Gunakan Mikrofon Sennheiser untuk Hasilkan Suara Autentik ~ Teknogav.com

Audio Film Ferarri Gunakan Mikrofon Sennheiser untuk Hasilkan Suara Autentik

Teknogav.com - Film Ferarri karya Michael Mann telah dinominasikan dalam beberapa penghargaan desain suara. Chris Jojo, sound designer dan sound recordist asal Inggris yang terlibat dalam penggarapan fim tersebut menggunakan berbagai mikrofon. Spesialisasi Chris Jojo adalah perekaman mobil autentik untuk film, simulator dan permainan. Di film Ferarri, Jojo menggunakan mikrofon Sennheiser MD 421-II dengan diafragma besar dan AMBEO VR Mic. Selain itu, digunakan juga plug-on transmitter evolution wireless dan receiver EK 6042 dari Sennheiser.

Serangkaian perangkat dari Sennheiser tersebut digunakan untuk merekam suara dari mobil Ferrari vintage dengan jernih. Jojo berusaha menangkap suara mesin yang dapat memicu ketegangan para penggemar kendaraan. Salah satu tantangan yang mempesona Jojo adalah saat perekaman mesin besar dengan SPL tinggi seperti pada Maserati 250F.

Maserati 250F

Baca juga: Kaspersky Lanjutkan Kemitraan dengan Scuderia Ferrari dan FDA Esports Ferrari

Chris Jojo bekerja di industri perangkat lunak permainan sejak kapan tahun 1992 sebagai komposer, musisi, sound designer dan seniman. Kariernya diawali di Software Creations, perusahaan rintisan yang berbasis di Manchester. Di perusahaan tersebut, Jojo leluasa membuat dan memberi iringan pada permainan yang terinspirasi dari industri fiml. Pada tahun 2009, Jojo pun bergabung dengan Codemasters sebagai Senior Sound Designer dan fokus pada perekaman suara kendaraan.

Chris Jojo, Sound Designer

“Ketika saya mulai berkarir di Codemasters, saya memiliki kesempatan untuk menghadiri beberapa sesi perekaman bersama Mark Knight, Audio Lead di Codemasters DiRT3, dan saya sangat menikmati pengalaman tersebut. Saya terpesona dengan proses dan tantangan yang ada, terutama terkait dengan perekaman mesin yang sangat besar dan berkapasitas tinggi dengan SPL yang keras, seperti kelas mobil Formula, GT, atau Rally Car tertentu, mengatasi pengaruh angin pada mikrofon knalpot, penempatan mikrofon, dan mendapatkan respons off-axis terbaik," ucap Jojo.

Perekaman suara mobil di bawah label Codemasters Motosports pun diambil alih Jojo. Setiap komponen berbagai IP Motosports dipastikan Jojo untuk direkam secara autentik demi memberi respons yang tepat pada aksi suatu permainan. Khususnya dalam rally yang banyak berinteraksi dengan lingkungan. Mobil berinteraksi dengan permukaan tanah seperti kerikil, tanah, aspal, lumpur, pasir dan lain-lain. Ketika pemain keluar dari jalur balap, ada juga dampak dan tabrakan dengan unsur-unsur di lingkungan tersebut. Selain itu, juga ada cuaca dinamis, seperti salju, batu hujan es, dan berbagai kondisi hujan lainnya. Ada begitu banyak komponen desain suara untuk diintegrasikan dalam permainan rally.

Baca juga: Fokus pada Pro Audio, Sennheiser Bidik Lima Segmen Ini

Mobil-mobil yang dilisensikan untuk perekaman dicari oleh Jojo. Dia pun menjalin hubungan baik dengan tim motorsport, bengkel, pembalap independen, warisan pabrikan, dan koleksi pribadi. Perpustakaan perekaman mobil diciptakannya selama bertahun-tahun dan terus dikembangkan, termasuk banyak motosport ikonik dan merek bersejarah yang langka. 

Sejumlah mobil koleksi Nick Mason di perusahaan Ten Tenths telah direkam Jojo. Koleksi tersebut sering diikutkan berbagai kompetisi dan tampil di Festival of Speed tahunan yang digelar Goodwood. Nick terlibat dalam proses kurasi pameran ‘Motion. Autos, Art, Architecture’ bersama Sir Norman Foster di Guggenheim Bilbao. Jojo pun terlibat dalam perekaman suara sepuluh mobil yang terpilih untuk mengisahkan evolusi mobil menggunakan instalasi audio-visual timeline oleh Sennheiser. Beberapa mobil yang direkam Jojo mencakup Ferrari 250 GTO dan Bugatti T35 legendaris milik Nick. 

Ferrari 250 GTO milik Nick Mason

Selang beberapa tahun, Ten Tenths menghubungi Jojo terkait perekaman khusus Ferrari untuk produksi film yang melibatkan beberapa mobil milik Nick. Film biopik Ferrari ini berkisah mengenai Enzo Ferrari saat berusaha mengubah perusahaan dan kehidupannya menjelang ajang Mille Miglia 1957. Ajang tersebut merupakan open road endurance race yang berjarak seribu mil. Film yang menjadikan mobil-mobil sebagai fokus utamanya ini telah dinominasikan dalam beberapa penghargaan, termasuk nominasi BAFTA untuk desain suara terbaik.

Jojo berperan dalam merekam suara mobil, memastikan suara-suara terekan sempurna. Tugas tersebut membutuhkan keseimbangan antara menangkap suara yang tepat dengan menempatkan mikrofon yang dapat bertahan selama sesi balapan berkecepatan tinggi dan berlangsung sepanjang hari.

“Semua mikrofon onboard, kabel, dan loom yang saya gunakan telah menggunakan pelindung api dan wadah khusus; pada mobil motorsport, terutama mobil dengan mesin berkapasitas besar dan SPL tinggi, tingkat panas yang dapat mereka toleransi cukup tinggi. Untuk mesin, saya umumnya lebih memilih mikrofon dengan kapsul diafragma besar dan kabel powered modular daripada mikrofon lavalier, tetapi itu semua tergantung pada ruang yang tersedia dan anchor points yang cocok untuk memasangnya di ruang mesin. Kabel lav dan kabel ekstender bisa rapuh dan mudah rusak setelah penggunaan yang lama. Jika secara tidak sengaja pintu tertutup di atasnya atau kabelnya tersangkut, mereka akan rusak. Untuk mesin, saya menggunakan kabel XLR 6 mm yang terhubung ke loom kabel 3 mm dengan konektor XLR profil rendah, sehingga saya bisa merasa lebih tenang,” ucap Jojo.

Ketika merekam suara individual, gambaran suara keseluruhan yang final merupakan hal yang penting. Kuncinya adalah cara menggabungkan mikrofon-mikrofon dengan pendekatan multi-mikrofon dari berbagai merek. Salah satu mikrofon adalah Sennheiser MD 421-II, diafragma besar mikrofon dapat merekam suara dengan tekanan tinggi. Pola kardioid yang penuh pada mikrofon ini juga cocok untuk sebagian besar situasi.

perekaman suara knalpot Ferrari dengan mikrofon Sennheiser MD 421-II

Suara knalpot Ferrari direkam dengan mikrofon MD 421-II dan beberapa mikrofon lain yang diubah menjadi nirkabel dengan plug-on transmitter Sennheiser. Mikrofon ini lebih besar dari mikrofon miniatur, sehingga cocok dipasangkan dengan mikrofon omni berdiafragma besar yang tahan SPL tinggi. Tanggapan transien dari mikrofon ini pun lebih teredam. Keterlambatan tanggapan transien didapatkan dari moving coil dynamics, dan menggantinya yang hilang dengan mid-range. Mid-range sangat penting untuk mobil, terutama jika detail ada di knalpot. Jika ingin menonjolkan area ini, maka perlu mid-range yang resonansinya ada pada induksi dengan kotak udara atau intake mainfold.

Metode mounting ramping yang tahan api digunakan karena panas dan keterbatasan ruang dalam mobil. Semua peralatan dilapisi dengan jaket api yang dibuat Jojo dalam metode ini. Risiko kebakaran dapat membahayakan rekaman, sumber elektromagnetik juga bisa menyebabkan interferensi.

“Mikrofon harus tahan lama dan awet, dan saya harus tahu bahwa mikrofon tersebut dapat bertahan dengan cara saya menggunakannya. Terkadang, Anda mendapatkan gangguan dari mobil jika mereka tidak memiliki shell baja, seperti Porsche 917, yang memiliki fiberglass shell. Di sini, saya menambahkan pelindung jaring logam yang berfungsi seperti kandang Faraday. Saya juga menggunakan Rycote baseball windjammers untuk mikrofon dengan diafragma besar," ucap Jojo.

penggunaan Sennheiser AMBEO VR Mic untuk menangkap suara kabin 

Sennheiser AMBEO VR Mic digunakan Jojo dalam kabin atau di balik kemudi karena bisa menangkap nuansa kabin dengan akurat. Audio tetap tersinkronisasi dalam format Ambisonics B, menyajikan pengalaman berkendara yang sempurna. Jojo suka sangat menyukai receiver Sennheiser EK 6042 dan plug-on transmitter Evolution Wireless 500 series, yang dimilikinya empat unit.

Baca juga: Serangkaian Perangkat EW-DX dari Sennheiser Sajikan Live Audio Berkualitas

“Saya sudah menggunakannya non-stop sejak pertama kali mendapatkannya. Ini menjadi pilihan utama saya untuk semua aplikasi perekaman knalpot. Mereka tidak pernah mengecewakan, tidak pernah ada interferensi, saya tidak mengalami masalah sinkronisasi, dan kualitas rekamannya benar-benar sempurna. Kedua jenis alat tersebut tidak memiliki kekurangan di telinga saya. Di Ferrari, keduanya sangat penting untuk merekam saluran knalpot di semua mobil," ucap Jojo.

Sepasang mikrofon dengan SKP plug-on transmitter digunakan Jojo pada perekaman Maserati 250F. Perangkat tersebut dipasang di belakang monocoque pada bagian belakang shell, yang menghadap langsung ke knalpot. Mikrofon tersebut terlindungi dari hembusan angin dengan baik menggunakan pelindung angin. Alat ini juga efektif pada kondisi cuaca basah dan buruk, serta tidak ada masalah dengan panas.

penggunaan dua receiver Sennheiser EK 6042 pada Lancia-Ferrari D50A

Pada Lancia-Ferrari D50A dipasang dua receiver Sennheiser EK 6042 untuk menerima audio dari mikrofon berdiafragma besar. Mikrofon tersebut diubah menjadi nirkabel dengan SKP plug-on transmitter.

“Saya selalu suka merekam dan proses menyimpan suara, mulai dari era pita hingga sekarang dengan perekam digital 32-bit floating point. Luar biasa melihat bagaimana teknologi berkembang. Saya harus merekam limiter pada Ferrari 801 – Lancia-Ferrari D50A – dan itu benar-benar luar biasa. Anda tidak sering mendapatkan kesempatan seperti itu dengan mobil ikonik dari era dan nilai seperti ini. Untuk menangkap suara mid-range, saya menggunakan MD 421-II, di mana untuk respons transien, adalah salah satu moving coil terbaik yang pernah saya gunakan," pungkas Jojo.

Share:

Artikel Terkini