Film “Panggil Aku Ayah” Gambarkan Ketulusan Tidak Perlu Ikatan Darah Film “Panggil Aku Ayah” Gambarkan Ketulusan Tidak Perlu Ikatan Darah ~ Teknogav.com

Film “Panggil Aku Ayah” Gambarkan Ketulusan Tidak Perlu Ikatan Darah


Teknogav.com – Visinema Studios dan CJ ENM mempersembahkan film “Panggil Aku Ayah” yang merupakan adaptasi dari film ‘Pawn’ produksi CJ ENM. Film ini akan ditayangkan untuk di jaringan bioskop Indonesia mulai 7 Agustus 2025. Saat pemutaran film ini di Gala Premiere dan Press Screening, emosi para penonton penuh haru dan gelak tawa. Kisah dalam film ini menampilkan ketulusan dan cinta dari orang yang tidak disangka-sangka akan menyayangi layaknya keluarga.

Film ini menceritakan kisah anak kecil perempuan bernama Intan (diperankan Myesha Lin) yang semula dibesarkan oleh ibunya. Di tengah keadaan yang mendesak, sang ibu, Rossa (diperankan oleh Sita Nursanti) pun menitipkan Intan kepada dua penagih utang. Kedua penagih utang tersebut adalah Dedi (diperankan Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (diperankan (Boris Bokir). Mereka pun menjalani lika liku kehidupan yang mengharukan saat membesarkan Intan.

Baca juga: Jajaran Perusahaan Digital Dukung Film Tak Ingin Usai di Sini

Press screening film “Pangggil Aku Ayah” turut dihadiri oleh Dr. H. Winaji, S. Ag., M.Pd, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Menurutnya film ini luar biasa dan relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang ditangani Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Film ini selaras dengan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang diprakarsai Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

“Kementerian Kependudukan dan Pembangunan keluarga memiliki 60.000 penyuluh yang mendampingi masalah-masalah keluarga. Data menunjukkan ada 20,9% anak yang kehilangan ayah. Di Indonesia ada 11 juta kepala keluarga perempuan dari 72 juta keluarga. Sebagian ada yang bernasib seperti Rossa dan Intan, tetapi juga ada yang seperti Dedi dan Tatang. Inilah kehidupan, ada yang bukan ayah, tetapi menghadirkan sosok ayah. Siapa pun mereka ada sisi kemanusiaan. Jangan pernah berpikir negatif, karena perubahan perilaku bisa terjadi di siapa saja. Mari tonton film ini, karena ini merupakan pembelajaran yang luar biasa,” ucap Dr. H. Winaji, S. Ag., M.Pd.

Dr. H. Winaji, S. Ag., M.Pd, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Film “Panggil Aku Ayah” disutradarai oleh Benni Setiawan, serta diproduseri oleh Anggia Kharisma dan Novia Puspa Sari. Selain itu, juga ada Justin Kim dari CJ ENM, rumah produksi asal Korea Selatan yang turut menjadi produser film ini. Film “Panggil Aku Ayah” merupakan pengalaman pertama Benni Setiawan menggarap film drama komedi keluarga.

“Di film ini, saya tetap mempertahankan apa yang menjadi kekuatan dari film aslinya. Namun, saya juga tidak lepas dari konteks budaya lokal, dengan menampilkan sesuatu yang khas Indonesia. Melalui film ini, kami ingin mengangkat tentang elemen-elemen yang hadir di kehidupan sehari-hari, baik dari latar tempat seperti ruang keluarga sederhana, maupun karakternya yang dekat dengan kita. Harapannya cerita ini dapat diresapi oleh makin banyak kalangan,” ucap Benni Setiawan.

Benni Setiawan, sutradara film "Panggil Aku Ayah"

Benni juga mengungkapkan bahwa film ini juga memiliki kesamaan dengan kisah hidupnya. Setelah menonton film “Pawn”. Benni berusaha mencari bentuk yang sesuai dengan karakter-karakter yang akan diadaptasi dari film Korea tersebut. Hal senada juga disampaikan Rifki Ardhisa, penulis skenario film

“Panggil Aku Ayah”.  Menurutnya, ketika melakukan adaptasi ke budaya lokal, tidak boleh menciderai nilai-nilai cinta yang tulus dari keluarga yang tidak sedarah. Proses adaptasi ke budaya lokal dilaluinya dengan menyenangkan, dan akhirnya menjadi cerita yang utuh.

Baca juga: Film 'Cinta Tak Seindah Drama Korea' Sajikan Keautentikan Khas Imajinari   

“Bagi Visinema Studios, setiap karya adalah ruang untuk menyuarakan cerita yang relevan sekaligus menghadirkan ruang refleksi tentang keluarga, kasih sayang, ketulusan cinta dan makna keterhubungan manusia. Melalui film Panggil Aku Ayah, kami ingin mengajak penonton merasakan hangatnya cinta tanpa syarat yang datang dari tempat yang tak terduga, tentang seseorang yang tidak sedarah, namun mampu mencintai dan dicintai dengan layak seperti keluarga dan buah hatinya sendiri. Kami percaya, film yang baik bukan hanya menghibur, tetapi juga menggugah hati dan membuka percakapan penting dengan diri kita sendiri, anak-anak kita, dan keluarga,” ujar Anggia Kharisma, produser film Panggil Aku Ayah dan Chief Content Officer Visinema Studios.

Anggia Kharisma, produser film Panggil Aku Ayah dan Chief Content Officer Visinema Studios

Anggia juga mengungkapkan bahwa film “Panggil Aku Ayah” dapat mengobati keetika seseorang mengalami proses hidup kehilangan seorang ayah. Ringgo Agus Rahman yang berperan sebagai Mang Dedi yang menghadirkan sosok seorang ayah pun terharu dapat terlibat dalam film ini. Menurutnya, cerita mengenai utang piutang juga banyak terjadi di dunia nyata, sehingga relevan dengan kehidupan sehari-hari. Banyak kisah mengenai penagih utang, yang sesungguhnya mereka juga manusia.

Ringgo Agus Rahman

“Sebagai seorang ayah, saya selalu menikmati terlibat dalam film keluarga, termasuk di film ini. Menurut saya, “Panggil Aku Ayah” sangat spesial karena ceritanya bukan hanya menyentuh, tapi juga dibalut dengan komedi yang ringan dan menghibur. Saya senang film ini bisa menjadi bahan diskusi di keluarga saya, dan mudah-mudahan juga di banyak keluarga lain di Indonesia,” ucap Ringgo.

Tissa Biani yang memerankan Intan dewasa mengungkapkan bahwa film ini cocok bagi semua orang yang merindukan sosok orang tua. Menurutnya, pengalaman hidup yang berat juga dapat membuat seseorang menjadi kuat.

Tissa Biani

“Cerita di film ini akan relatable bagi orang-orang yang rindu sosok orangtua, baik ayah maupun ibu. Saya pikir film ini cocok untuk ditonton oleh keluarga dan anak remaja yang ingin tontonan yang tidak hanya menghibur, tapi juga mengobati kangen dengan figur ayah,” ucap Tissa.

Sita Nursanti yang memerankan Rossa mengungkapkan bahwa Rossa adalah gambaran seorang perempuan yang tidak bisa berbuat banyak. Jadi ketika ada kesempatan, langsung diambil, sayangnya keputusan tersebut harus meninggalkan anaknya.

Sita Nursanti

"Ada banyak Rossa di sekitar kita, ada banyak kepala keluarga perempuan di sekitar kita. Semoga film ini dapat membuka mata untuk memberi lebih banyak kesempatan bagi perempuan," ucap Sita 

Iringan Soundtrack “Tegar” dari Rossa

Kekuatan emosional film “Panggil Aku Ayah” juga ditopang soundtrack utama lagu “Tegar” yang selaras dengan kisah dalam film tersebut.  Lagu yang aslinya dibawakan oleh Rossa tersebut diaransemen ulang dan dinyanyikan Sita Nursanti bersama Tissa Biani.

Baca juga: “All Access to Rossa 25 Shining Years” Ungkap Rossa Seutuhnya  

“Buat aku, Tegar selalu punya tempat spesial. Saat pertama kali dirilis, lagu ini bicara soal kekuatan dalam luka. Tapi sekarang, ketika Tegar jadi bagian dari Panggil Aku Ayah, maknanya ikut berkembang. Cerita film ini tentang kehilangan, ketegaran, dan cinta yang tumbuh pelan-pelan, semuanya terasa menyatu dengan lirik dan roh lagu Tegar. Aku merasa sangat terhormat karena Tegar masih relevan dan dipercaya menjadi soundtrack film yang sehangat ini, apalagi karakter Rossa di sini memang luar biasa tegar,” ucap Rossa.

Rossa

Perjalanan emosional antara karakter Rossa, Intan, dan Dedi tentang kasih sayang, pengorbanan, dan ketegaran disimbolkan oleh lagu “Tegar”. Lagu tersebut merepresentasikan hubungan ibu dan anak yang teruji keadaan, serta interaksi Intan dan Dedi yang tumbuh menjadi ikatan keluarga. Film “Panggil Aku Ayah” yang memiliki durasi 120 menit ini pun menghibur sambil menggugah dan menyembuhkan hati.

Share:

Artikel Terkini