MIT Technology Review Insights Ungkap Tren dan Tantangan Keamanan Jaringan MIT Technology Review Insights Ungkap Tren dan Tantangan Keamanan Jaringan ~ Teknogav.com

MIT Technology Review Insights Ungkap Tren dan Tantangan Keamanan Jaringan



Teknogav.com – Palo Alto Networks bekerja sama dengan MIT Technology Review Insights dalam melakukan survei mengenai tantangan dalam pengamanan jaringan perusahaan. Selama pandemi COVID-19, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik menghadapi tantangan dalam mengamankan jaringan dan sistem bagi pekerja jarak jauh. Hasil riset menunjukkan bahwa sejumlah 70% perusahaan mengakui pentingnya strategi pengelolaan cloud yang aman untuk menghindari serangan-serangan siber. Berikut ini akan dipaparkan mengenai temuan-temuan dari hasil riset MIT Technology Review Insights.

Pandemi COVID-19 mempercepat peralihan cara kerja perusahaan menjadi jarak jauh dengan bantuan teknologi digital. Demi mengurangi risiko, maka penting untuk menginventaris aset-aset digital yang terhubung ke internet dan mengubah kebijakan-kebijakan keamanan siber. Penting juga bagi perusahaanuntuk memahammi berbagai tren dan tantangan keamanan siber yang ada di negara mereka. 

Baca juga: Gelar Cyber Security Training 101 Indonesia, Kaspersky Kupas Tuntas Ancaman Siber

Hasil Survei MIT Technology Review Insights

Penelitian yang dilakukan MIT Technology Review Insights dilakukan melalui survei multi-industri pada lebih dari 728 pengambil keputusan dari berbagai industri. Industri-industri tersebut mencakup farmasi, layanan kesehatan, manufaktur, retail, teknologi informasi, dan telekomunikasi. Metode survei dilakukan dengan mewawancari responden dari berbagai perusahaan negara dan swasta di beberapa wilayah.  Kawasan yang disurvei mencakup Eropa (38%), Amerika Utara (24%), Asia Pasifik (22%), Afrika dan Timur Tengah (13%).

MIT Technologi Review Insights menuangkan hasil survei tersebut dalam tiga laporan yang telah dipublikasikan, yaitu”

  • A Game-changer in Security Operations
  • IT Security Starts with Knowing Your Assets: Asia-Pacific
  • IT Security Starts with Knowing Yor Assets: Europe, the Middle East and Africa

Baca juga: Palo Alto Networks Hadirkan Lima Inovasi Keamanan Jaringan Zero Trust 

Berikut ini adalah temuan-temuan dari hasil riset MIT Technology Review Insights:

  • 51% responden pernah mengalami serangan siber dari aset digital yang tak diketahui atau dikelola. Sebanyak 16% mengatakan potensi munculnya serangan serupa. Banyaknya serangan siber menuntut perlunya strategi-strategi keamanan siber
  • 43% responden mengaku bahwa lebih dari setengah aset digital mereka ditempatkan di cloud. Para peretas memiliki modal yang kuat dan terorganisir dengan baik, sehingga perusahaan harus mempertimbangkan berbagai cara dalam mengamankan lingkungan cloud. Aset-aset digital pun perlu terus dipantau.
  • 68% respnden mengatakan adanya permintaan rencana pengelolaan serangan pada keamanan siber tahun ini dari dewan direksi mereka. Ini berarti para eksekutif sudah memberikan perhatian khusus pada keamanan siber.
  • 70% perusahaan mengakui pentingnya strategi pengelolaan cloud yang aman dalam menghindari serangan-serangan keamanan siber. Sebanyak 67% responden menyadari dasar dari strategi tersebut adalah pemantauan aset berkelanjutan.

Strategi Keamanan Siber

Percepatan strategi transformasi digital yang dilakukan perusahaan memicu pemindahan operasional ke lingkungan cloud. Sementara itu berdasarkan laporan Palo Alto Networks, 79% masalah yang berhasil diamati terjadi di cloud.

“Data ini makin memperjelas fakta mengenai aset yang tidak diketahui atau tidak dikelola. Aset-aset ini merupakan risiko keamanan besar. Satu-satunya cara melindungi diri sendiri adalah melakukan inventarisir lengkap dan terbaru akan semua aset yang terpapar Internet,” ucap Tim Junio, Senior Vice President of Products, Cortex, Palo Alto Networks.

Baca juga: APAC Online Policy Forum Bahas Strategi Keamanan Siber

Perumusan strategi perlu dilakukan perusahaan untuk mengurangi kerentanan siber. Berikut ini adalah beberapa strategi tersebut

  • Kendalikan ‘TI Bayangan’, yaitu pembelian layanan-layanan cloud dan instalasi perangkat-perangkat IoT yang terhubung secara tak tercatat. ‘TI Bayangan’ ini akan membuka celah bagi penjahat siber untuk mengakses jaringan perusahaan.
  • Pantau inventaris. Berdasarkan hasil survei, 46% responden melakukan inventaris untuk menemukan aset digital yang tak diketahui atau tak diprioritaskan. Sayangnya, 31% responden mengakui jarangnya melakukan prosedur ini, yaitu hanya sebulan sekali atau kurang.
  • Kembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan memberikan gaji bersaing, proyek-proyek menarik, dan peluang untuk mempertahankan SDM. Kurangi risiko keamanan dengan meningkatkan pemahaman karyawan terhadap ancaman siber.
  • Konsultasi dengan ahlinya. Perusahaan dapat menjangkau sumber daya keahlian dan pengalaman yang tak dimliki dengan melakukan alih daya keamanan siber. Berdasarkan survei, haya 29% perusahaan di Asia Pasifik yang berkonsultasi dengan ahli pihak ketiga.

“Perusahaan-perusahaan harus memantau dan memindai terus-menerus untuk memahami kerentanan. Sekarang waktunya menyingkirkan pemeriksaan tidak rutin dan kegiatan keamanan sporadis. Keamanan harus dialihkan dengan pemantauan 24/7 terus menerus agar dapat mengejar kemajuan transformasi digital,” ucap Leonard Klleinman, Chief Technology Officer, divisi Cortex, Palo Alto Networks Asia Pasifik.

Share:

Artikel Terkini