Palo Alto Networks Ungkap Pentingnya Keamanan Siber bagi Organisasi di ASEAN Palo Alto Networks Ungkap Pentingnya Keamanan Siber bagi Organisasi di ASEAN ~ Teknogav.com

Palo Alto Networks Ungkap Pentingnya Keamanan Siber bagi Organisasi di ASEAN



Teknogav.com – Laporan hasil survei Palo Alto Networks (PANW) terkini menunjukkan bahwa banyak organisasi-organisasi di ASEAN yang sudah memprioritaskan keamanan siber. Sekitar 500 responden mengikuti studi State of Cybersecurity di ASEAN yang menanggapi tantangan keamanan siber tahun 2021 dan prospeknya. Mereka adalah pelaku bisnis yang berada di Filipina, Indonesia, Malaysia Singapura dan Thailand. Hasil survei memperlihatkan bahwa 92% organisasi di ASEAN percaya  bahwa keamanan siber merupakan prioritas bagi pelaku bisnis.

Keamanan siber sudah menjadi agenda pertemuan para eksekutif level atas dalam bisnis di ASEAN sejak pandemi melanda. Sebanyak 74% pemimpin bisnis yakin bahwa kepemimpinan bisnis mereka sudah meningkatkan perhatiah pada keamanan siber. Temuan hasil survei juga menunjukkan bahwa 46% membahas masalah keamanan siber di tingkat direksi suatu organisasi pada setiap kuartal. Sebanyak 38% bahkan membahas topik tersebut secara khusus tiap bulan.

Tindakan nyata untuk meningkatkan keamanan siber organisasi pun telah dilakukan para pemimpin bisnis. Hasil survei memperlihatkan bahwa 96% organisasi sudah memiliki tim TI internal khusus yang bertanggung jawab atas pengelolaan risiko keamanan siber. Bahkan 68% berencana meningkatkan anggaran keamanan siber perusahaan di tahun 2022. Rencana tersebut dipicu oleh beberapa faktor berikut ini:

  • adopsi teknologi keamanan generasi berikutnya (48%)
  • kebutuhan mengatasi kesenjangan keamanan siber yang ada (46%)
  • kebutuhan mengoptimalkan operasi (44%)


Di Indonesia, bisnis memiliki keprihatinan khusus terhadap anggaran keamanan siber mereka saat ini. Hasil survei menunjukkan bahwa 67% pelaku bisnis di Indonesia berencana meningkatkan anggaran keamanan siber mereka di tahun 2022. Kolaborasi antara pemimpin teknologi dan bisnis pun perlu dijalin lebih erat dalam menghadapi ancaman yang mengguncang bisnis.

“Pandemi telah menjadi katalis bagi para pemimpin bisnis di ASEAN untuk lebih memperhatikan langkah-langkah pertahanan keamanan siber mereka. Banyak yang menyadari dampak mendalam dari pandemi ini terhadap kelangsungan bisnis mereka. Lebih lagi dalam mengelola tenaga kerja jarak jauh di tengah-tengah era yang mengutamakan digital. Keamanan siber harus diintegrasikan secara  horisontal  di  seluruh  aspek bisnis  dan diterapkan dalam setiap kegiatan korporasi,” ucap Ian Lim, Field Chief Security Officer, Palo Alto Networks.

Kerja Jarak Jauh Menimbulkan Tantangan Keamanan Siber Baru

Sejak pandemi melanda, karyawan makin banyak yang membutuhkan akses kerja jarak jauh. Sayangnya masih banyak infrastruktur bisnis yang belum siap menghadapi tren ini sehingga menimbulkan tantangan keamanan siber baru. Berikut ini adalah temuan hasil survei mengenai tantangan paling besar di Indonesia:

  • 63% responden mengungkapkan kebutuhan untuk mendapatkan solusi keamanan siber yang lebih luas untuk melindungi dari ancaman siber
  • 53% responden mengungkapkan peningkatan transaksi digital dengan pemasok dan pihak ketiga lainnya

Sebanyak 94% organisasi di ASEAN mengakui telah mengalami peningkatan jumlah serangan siber selama tahun 2021. Di Indonesia, 18% organisasi mengalami lebih dari 50% peningkatan serangan siber yang mengganggu bisnis. Jika dibandingkan dengan organisasi lain di ASEAN, 41% organisasi di Indonesia memiliki tingkat risiko ancaman siber yang relatif tinggi. 

Baca juga: Trend Micro Prediksi Munculnya Tantangan Keamanan Siber Akibat Pesatnya Digitalisasi

Lembaga Keuangan Siap Menghadapi Serangan

Berdasarkan bidang industri yang disurvei, layanan keuangan (45%) dan fintech (42%) mengakui merupakan bisnis yang paling rawan terhadap ancaman siber. Jenis serangan yang menjadi perhatian utama adalah malware. Kendati demikian, responden di industri tersebut yakin sudah menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang memadai. Keyakinan ini karena besarnya fokus pemimpin perusahaan layanan keuangan (79%) dan fintech (76%) pada keamanan siber. Sementara itu rata-rata industri lain hanya mencapai 74%.

peningkatan anggaran keamanan siber di beberapa organisasi

Anggaran keamanan siber pun telah ditingkatkan, industri layanan keuangan (81%) dan fintech (75%) merupakan yang tertinggi. Sementara itu rata-rata industri hanya 68%.

Baca juga: Laporan IBM Tunjukkan Manufaktur Paling Diincar Serangan Siber selama 2021

Pengembangan Strategi Keamanan Siber

Sejak pandemi COVID-19 melanda, terjadi pergeseran bisnis dan rekreasi ke platform digital. Prediksinya, terdapat tren baru mengenai serangan siber yang dapat mempengaruhi keselamatan pribadi. Penyebab hal ini adalah percepatan transformasi digital 95% organisasi di Indonesia melalui adopsi cloud computing (65%). Faktor tersebut diikuti dengan peningkatan investasi aplikasi seluler (63%) dan perluasan jejak perangkat pintar (52%).

Kerja jarak jauh timbulkan tantangan keamanan siber baru bagi organisasi-organisasi di ASEAN

Teknologi digital juga lebih terintegrasi dengan tempat kerja sebagai dampak pademi COVID-19. Hal ini meenyebabkan 90% organisasi di ASEAN mengembangkan strategi keamanan siber agar bisa tetap aman dari serangan siber. Jika dibandingkan dengan organisasi ASEAN lain, organisasi di Indonesia sedikit lebih andal dalam meningkatkan fokus kepemimpinan pada keamanan siber (79%). Berikut ini adalah hal-hal yang paling diperhatikan perusahaan sejak pandemi melanda:

  • keamanan cloud (56%)
  • pengamanan IoT/OT (56%)
  • strategi Secure Access Service Edge (SASE) (55%)
  • platform security orchestration, automation and response (SOAR) (47%)

Adi Rusli, Country Manager of Indonesia, Palo Alto Networks

“Jelas bahwa keamanan siber telah menjadi prioritas para pemimpin bisnis di ASEAN dan Indonesia. Kendati demikian organisasi di Indonesia perlu lebih warpada seiring cepatnya transformasi digital dan peningkatan risiko terkait di negara ini. Kewaspadaan tak hanya dalam menerapkan langkah-langkah keamanan siber, tetap juga dalam menyesuaikan investasi dan strategi. Organisasi di Indonesia harus bisa beradaptasi dengan gangguan dan mengantisipasi segala bentuk ancaman siber,” ucap Adi Rusli, Country Manager of Indonesia, Palo Alto Networks. 

Baca juga: Kaspersky Sarankan untuk Tingkatkan Intelijen Ancaman, Seiring Meningkatnya Transaksi Digital

Tips bagi Perusahaan dalam Mengantisipasi Ancaman Keamanan Siber

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan perusahaan agar dapat menghadapi ancaman keamanan siber:

  • Evaluasi keamanan siber untuk memahami, mengedalikan, dan memitigasi risiko. Hal ini membantu organisasi menentukan prioritas tindakan pencegahan dan mengidentifikasi kebutuhan sumber daya dalam melawan serangan canggih.
  • Mengadopsi kerangka kerja zero-trust untuk mengatasi ancaman keamanan siber dan       merancang arsitektur dengan pola pikir “assume-breach”. Terapkan teknologi untuk terus melakukan validasi legitimasi interaksi digital dan membangun kemampuan menanggapi tanda-tanda awal pelanggaran dengan cepat
  • Pilih mitra keamanan siber yang baik bukan produk, sehingga dapat memberikan intelijen ancaman terbaru. Mitra keamanan siber yang baik juga menawarkan saran mengenai cara membangun arsitektur siber tangguh di semua lingkungan (lokal, cloud, edge).

Demikianlah beberapa temuan dari laporan terkini Palo Alto Networks dan tips cara menghadapi ancaman keamanan siber.

Share:

Artikel Terkini