Kaspersky Paparkan Realita yang Mungkin Terjadi Tanpa Keamanan Siber Kaspersky Paparkan Realita yang Mungkin Terjadi Tanpa Keamanan Siber ~ Teknogav.com

Kaspersky Paparkan Realita yang Mungkin Terjadi Tanpa Keamanan Siber


Teknogav.com – Kaspersky menyelenggarakan ajang Kaspersky Asia Pacific Cyber Sequrity Weekend (APAC CSW) selama 24-27 Agustus 2022 di Phuket, Thailand. Ajang Kaspersky Global CSW ke-8 ini mengajak berimajinasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ‘what if’ pada dunia teknologi yang terus berevolusi. Para pakar Kaspersky membahas berbagai topik terkait keamanan siber di Asia Pasifik untuk menjawab pertanyaan ‘What If..’ tersebut.

Vitaly Kamluk, Director of Global Research & Analysis Team (GreAT) untuk APAC Kaspersky mengawali paparan yang disampaikan para pakar. Pertanyaan yang berusaha dijawab pada pemaparannya adalah ‘What if.. there was a world wthout cybersecurity?’. Apa yang akan terjadi jika ada dunia tanpa keamanan siber? Apakah ketiadaan keamanan siber sama dengan dunia yang lebih aman?

Baca juga: Kaspersky Asia Pacific CSW Paparkan Realita Dunia Tanpa Teknologi Maju

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Vitaly mengajak mendalami kenyataan-kenyataan alternatif dari dunia yang tidak ada perusahaan, solusi dan layanan keamanan siber. Vitaly mengungkap kondisi yang mungkin terjadi ketika industri pertahanan online dihilangkan dari dunia. 

perbandingan PDB Thailand dengan belanja keamanan siber secara global

“Diproyeksikan bahwa belanja keamanan siber secara global melonjak sampai USD460 miliar dalam tahun-tahun mendatang. Jumlah tersebut hanpir dua kali lipat belanja kumulatif tahun 2021 dan sebanding dengan PDB Thailand saat ini. Lanskap ancaman saat ini dapat meningkatkan proyeksi jika mempertimbangkan situasi nyata di seluruh dunia. Jadi merupakan hal yang wajar untuk mempertanyakan mengapa kita berinvestasi begitu bannyak pada keamanan siber. Dan apakah ada gunanya menghemat uang tersebut untuk hal lain,” ucap Vitaly Kamluk.

Meskipun dunia tanpa keamanan siber mungkin, Kamluk menyebutkan alasan mengapa tak ada yang memilih hidup di dunia tanpa keamanan siber. Alasannya adalah tidak ada enkripsi, tidak ada privasi, tidak ada kerahasiaan, tidak ada pengendalian akses dan tidak ada validasi integritas. Ketiadaan industri pertahanan siber membuka lebar pintu bagi penjahat untuk mengeksploitasi data pengguna. Data-data tersebut mulai dari informasi keuangan, masalah kesehatan, rencana perjalanan, belanja dan lain-lain.

Baca juga: Kaspersky Ungkap Serangan yang Menargetkan Pengguna Android dan iOS

Selain itu akan ada juga pembelian palsu. Semua orang bisa mengklaim identitas orang lain untuk membeli dan bahkan mengirim uang. Tanpa pengendalian akses, pemilihan umum elektronik, survei dapat dicurangi untuk mendukung seseorang. Tak ada yang memiliki akun pribadi yang online, tidak akan ada yang pribadi.

Ketiadaan validasi integritas juga membuat berita dan informasi tidak dapat dipercaya, dengan berita palsu dan disinformasi yang berkembang pesat. Orang tak bisa mempercayai teknologi yang digunakan, segala informasi yang dibaca. Pada dasarnya semua bisa palsu dalam dunia tanpa keamanan siber.

“Saya melihat dunia tanpa keamanan siber sebagai distopia digital, di mana tidak ada yang dapat sepenuhnya memanfaatkan peluang teknologi terkini. Tanpa perusahaan dan solusi yang bekerja di latar belakang untuk melindungi data kita, identitas kita, berita yang dikonsumsi, serta aplikasi dan perangkat yang digunakan. Kita akan dibiarkan mengarungi risiko sendiri dan pastinya tak ada yang mau memilih hidup di dunia kacau seperti ini. Sekarang keamanan siber sering menjadi bagian tak terlihat dari kehidupan kita yang dianggap remeh. Padahal kita hampir semua yang telah dicapai sebagai peradaban bergantung pada hal tesebut,” ucap Kamluk.

persentase deteksi objek berbahaya secara global

 

Kamluk mengungkapkan bahwa Kaspersky telah mendeteksi dan memblokir lebih dari 7,2 miliar serangan objek berbahaya, termasuk malware dan konten web berbahaya di seluruh dunia selama Juli 2021 sampai Agustus 2022 saja. Selama periode Agustus 2021 sampai Juli 2022, APAC merupakan kawasan yang rentan. Sejumlah 35% deteksi objek berbahaya yang dideteksi secara global menargetkan pengguna dari kawasan India, Jepang, Vietnam, Tiongkok dan Indonesia. Kelima negara tersebut merupakan negara-negara dengan upaya penginfeksian tertinggi.

perbandingan deteksi objek berbahaya di kawasan Asia Tenggara

Di tahun 2015, dunia tanpa Kaspersky juga tidak belajar dari kejadian perampokan siber sebesar USD 1 miliar selama dua tahun dari lembaga keuangan di seluruh dunia oleh kelompok kriminal siber Carbanak. Kaspersky bersama dengan Interpol,  Europol dan pihak berwenang dari berbagai negara pun bekerja sama untuk mengungkap plot kriminal di balik perampokan terbesar di abad ini. 

Baca juga: No More Ransom Bantu Dekripsi Perangkat Korban Ransomware secara Gratis

Jika tidak ada Kaspersky,  dekriptor gratis juga tidak didukung oleh inisiatif No More Ransom yang didirikan Kaspersky bersama berbagai pihak.  Kini inisiatif tersebut telah berkembang dari empat mitra menjadi 188 dengan menyumbangkan 136 alat Dekripsi dan telah membantu lebih dari 1,5 juta orang di seluruh dunia untuk mendekripsi perangkat mereka.

Share:

Artikel Terkini