– Huawei dan ASEAN Foundation menyelenggarakan ajang Asia Pacific Digital Talent Summit di Bangkok, Thailand pada 22 September 2022. Ajang ini digelar bersamaan dengan ajang tahuhan Huawei Connect. Para perwakilan dari kalangan pemerintahan, akademisi dan industri bertemu di ajang tersebut untuk saling berdiskusi. Mereka membahas mengenai cara membangun basis talenta yang cakuap TIK, siap menyongsong masa depan dan memaksimalkan potensi teknologi digital.
Ekkaphab Phanthavong, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN for Socio-Cultural Community menyampaikan pentingnya konferensi tersebut dalam kata sambutannya. Menurutnya, konferensi tingkat tinggi (KTT) ini penting untuk membahas dan berkoordinasi dalam mengembangkan talenta-talenta TIK di kawasan Asia Pasifik. Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan untuk mengatasi kesenjangan dan menghadapi tantangan-tantangan digital, serta menentukan langkah terbaik di masa mendatang.
Hal senada juga disampaikan oleh Dr. Yang Mee Eng, Executive Director ASEAN Foundation.
"“Melalui KTT ini, kami mengundang para pemangku kepentingan kunci di seluruh kawasan untuk meningkatkan kesepahaman dan mengambil tindakan yang tepat untuk menjembatani kesenjangan digital, menumbuhkan talenta-talenta yang memiliki daya inovasi tinggi, dan mewujudkan transformasi digital secara menyeluruh," ucap Dr. Yang Mee Eng.
|
Dr. Yang Mee Eng, Executive Director ASEAN Foundation |
Huawei pun memilik sasaran dalam pengembangan talenta. Hal ini dijelaskan oleh Jeff Wang, President of Public Affairs and Communications, Huawei. Perusahaan melakukan dua langkah yang makin penting dalam transformasi digital, yaitu membangun koneksi dan mempersiapkan generasi mendatang.
"Selama lebih dari 20 tahun, kami telah membangun kerja sama dengan para mitra kami di Asia Pasifik. Tujuan kerja sama ini adalah untuk mencapai target Huawei melatih 500 ribu talenta TIK di kawasan selambatnya pada 2026. Selain itu juga untuk menyediakan akses internet kepada mereka yang belum memilikinya," ucap Jeff Wang.
Perkembangan Terkinu Pengembangan Talenta TIK di Negara-negara ASEAN
Berbagai perkembangan terkini yang berkenaan dengan pengembangan talenta disampaikan oleh para perwakilan pemerintahan negara-negara ASEAN.
Dr. Phichet Phophakdee, Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan Thailand mengungkapkan mengenai platform untuk pembelajaran jarak jauh.
"Kami mengembangkan platform maupun sarana pembelajaran jarak jauh seperti Digital Learning Television (DLTV). Upaya ini dilakukan untuk memastikan semua orang mendapat kesempatan yang sama dalam belajar dan mengenyam pendidikan. Hal ini agar mampu menciptakan pendidikan nasional yang lebih inklusif, setara, dan berkualitas tinggi. Kami juga dituntut memiliki semangat kesatuan dan inovasi," ucap Dr. Phichet Phophakdee.
Platform online juga dimanfaatkan sektor pendidikan di Kamboja. Sok Puthyvuth, Secretary of State Kementerian Pos dan Telekomunikasi Kamboja memaparkan berbagai upaya yang dilakukan dalam pengembangan talenta TIK. Selain menggunakan platform online, Kamboja juga menambahkan mata pelajaran digital dalam kurikulum sekolah mereka. Pusat-pusat teknologi berbasis komunitas pun dibangun agar dapat dimanfaatkan para siswa-siswi.
"Kami juga meningkatkan kerja sama kami dengan sekolah-sekolah vokasional untuk menyediakan pelatihan digital bagi mereka yang telah bekerja," ucap Sok Puthyvuth.
Sistem pendidikan di Indonesia pun sedang menjalani transformasi digital agar mampu menghadapi era digital. Transformasi digital ini juga bertujuan untuk menghasilkan talenta-talenta baru yang cakap digital. Hal ini disampaikan oleh Prof. Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia.
|
Simon Lin, Presiden Huawei Asia Pasifik |
Wawasan dari sudut pandang akademisi pun diungkapkan dua orang profesor. Mereka adalah Professor Guo Yike dari Hong Kong Baptist University dan Hitoshi Yamada, mantan Wakil Presiden Yokohama National University Jepang. Pemaparan mengenai Turing AI Orchestra (TAIO) disampaikan oleh Profesor Guo Yike. TAIO ini adalah orkes pertama di dunia yang memainkan musik sepenuhnya menggunakan teknologi AI. Professor Guo Yike meyakini bahwa TAIO kelak akan menjadi contoh pendidikan lintas disiplin yang dapat terus diwariskan kepada generasi berikutnya.
Sementara itu, Hitoshi Yamada menjelaskan cara program pertukaran pelajar internasional dapat mempercepat transformasi dan pengembangan talenta digital.
Simon Lin, Presiden Huawei Asia Pasifik mengungkapkan bahwa hampir setiap negara di Asia Pasifik sedang memberdayakan talenta-talenta TIK mereka. Pemberdayaan talenta TIK tersebut khususnya bagi muda-mudi. Upaya ini dilakukan untuk mendukung kemajuan ekonomi digital.
Huawei merupakan perusahaan global yang membina hubungan erat dengan setiap negara tempat beroperasi. Seiring dengan peran tersebut, Huawei akan terus memperkuat ekosistem talenta digital melalui prinsip-prinsip kepemimpinan, kecakapan dan pengetahuan.
Pada KTT ini, Huawei juga melakukan beberapa kegiatan lain, yaitu sebagai berikut:
- pra-peluncuran buku putih pengembangan talenta digital nasional di Thailand,. Rencananya buku putih ini akan dirilis bulan Oktober
- peluncuran inisiatif terkait solusi dan standar sertifikasi pengembangan talenta di bidang keamanan siber
- diskusi panel mengenai inklusi digital dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Acara peluncuran beberapa inisiatif tersebut dihadiri sejumlah perwakilan pemerintah. Beberapa perwakilan tersebut adalah sebagai berikut:
- Amorn Chomchoey, Wakil Sekretaris Jenderal National Cyber Security Agency (NCSA) Thailand
- Yeap Samnang, Perwakilan Tetap Kamboja untuk ASEAN
- Bovonethat Douangchak, Perwakilan Tetap Laos untuk ASEAN
Selain itu, digelar juga diskusi panel bersama beberapa tokoh berikut ini:
- Michele Wucker, penulis buku best-seller yang berjudul “The Gray Rhino”
- Profesor Guo Song dari Hong Kong Polytechnic University
- Iona Dominique, pemenang kompetisisi Tech4Good di ajang APAC Seeds for the Future
Mereka membahas pentingnya melibatkan anak-anak muda dalam pembuatan kebijakan terkait inklusi digital. Seruan untuk mengambil langkah kolektif demi mewujudkan inklusi digital juga disampaikan mereka kepada swasta, akademisi dan pemerintah.
Baca juga: Huawei Connect 2020 Paparkan Dukungan Transformasi Digital di Berbagai Lini
Diskusi panel tersebut ditutup oleh pesan Michelle bagi anak muda, pelaku usaha dan pembuat kebijakan.
"Ibaratnya seekor badak yang sedang berlari, masing-masing kelompok di masyarakat memiliki tantangannya tersendiri. Bagi anak muda, tantangannya adalah pendidikan. Bagi pelaku usaha, yang menjadi tantangan adalah menciptakan lapangan pekerjaan dan menjalankan operasional. Dan bagi pembuat kebijakan, tantangannya adalah bagaimana menjawab kepentingan setiap pihak dan menciptakan keharmonisan. Masing-masing ini merupakan tantangan, tetapi pada saat yang sama dapat menjadi peluang. Saat melihat badak tersebut berlari ke arah Anda, Anda memiliki dua pilihan: berdiam diri, atau meminjam kekuatannya dan menarik semua orang maju bersama Anda," tutup Michelle.