Film Dokumenter Connecting the Islands Paparkan Kisah Konektivitas Indonesia Film Dokumenter Connecting the Islands Paparkan Kisah Konektivitas Indonesia ~ Teknogav.com

Film Dokumenter Connecting the Islands Paparkan Kisah Konektivitas Indonesia

Teknogav.com – Sesuai judul, ‘Connecting the Islands’ merupakan film dokumenter yang berkisah mengenai transformasi digital bermanfaat untuk menghubungkan penduduk di kepulauan Indonesia. Film dokumenter ini memberikan gambaran bagaimana para penduduk di daerah terpencil merasakan manfaat yang nyata dari koneksi yang lancar. Peluncuran film ini dilakukan juga di CSD Forum 2022 yang mengangkat tema ‘Connectivity+: Innovate to Impact’.

Dalam film tersebut ditunjukkan bagaimana pelajar dapat di daerah terpencil dapat mengakses materi pembelajaran berkat ketersediaan koneksi internet. Pemasukan penduduk pun terbantu, karena petani dan pengrajin dapat terhubung dengan pasar secara lebih. Tentu saja ada berbagai cerita dari penduduk lain yang dapat menikmati konektivitas berkualitas sehingga hidup lebih baik dan bermakna.


Baca juga: China Mobile dan Huawei Sediakan Jaringan 5G di Puncak Everest

Pemutaran film dokumenter tersebut secara global juga memperlihatkan perwujudan komitmen jangka panjang Huawei bagi Indonesia. Komitmen tersebut adalah membangun konektivitas bagi 17 ribu pulau di nusantara dan berkontribusi secara berkelanjutan terutama untuk daerah terpencil. Kontribusi tersebut dilakukan memanfaatkan teknologi nirkabel, optik dan cloud. Pengiriman peralatan dan pemasangan jaringan telekomunikasi telah dilaksanakan Huawei selama lebih dari 22 tahun di Indonesia. Saat ini telah lebih dari 100.000 BTS yang dipasang Huawei telah melayani sekitar 260 juta penduduk Indonesia.

Huawei Indonesia Media Salon

Penayangan film dokumenter tersebut juga dilakukan pada acara Huawei Indonesia Media Salon. Acara tersebut digelar di Huawei ASEAN Academy kampus di CIBIS Park, Jakarta Selatan dan dihadiri oleh para awak media. Harapannya kegiatan tersebut dapat membantu dalam memahami peralatan jaringan, termasuk BTS dan antena.

Huawei ASEAN Academy kampus di CIBIS Park, Jakarta Selatan

Di acara tersebut, Jun Zhang, Vice President, Public Affairs and Communications Department, Huawei Asia Pacific menekankan pentingnya konektivitas. Menurutnya pengembangan konektivitas tersebut dapat mewujudkan inklusi digital dan transformasi masyarakat informasi. Ada tiga pilar penting dalam penembangan konektivitas tersebut, yaitu infrastruktur, talenta digital dan aplikasi.

“Huawei mencoba untuk mendorong industri agar memperhatikan ekonomi digital dan mencoba untuk mengembangkannnya. Pengembangan ekonomi digital dilakukan Huawei tidak hanya sebatas dengan penyediaan infrastruktur untuk koneksi telepon dan internet, tetapi di semua industri. Koneksi 4G dan 5G dapat memicu pertumbuhan teknologi-teknologi baru. Huawei juga dapat menghadirkan teknologi untuk pertambangan dan juga untuk pabrik. Teknologi ini dapat mendukung produktivitas menjadi lebih efisien,” ucap Jun Zhang.

Baca juga: Sistem Operasi MineHarmony Besutan Huawei Dukung Teknologi Pertambangan Cerdas

Jun Zhang, Vice President, Public Affairs and Communications Department, Huawei Asia Pacific

Jun Zhang memberi contoh bahwa sebelumnya dalam menerapkan instalasi kabel, baik itu tembaga atau optik membutuhkan waktu dua minggu. Kini dengan teknologi 5G, instalasi dapat diterapkan lebih cepat, yaitu cukup satu hari saja. Pekerja pun dapat mengendalikan peralatan secara jarak jauh.

“Huawei hadir di Indonesia untuk Indonesia dan menerapkan budaya consumer centric. Kami berharap kerja sama yang kami lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan semua industri. Semoga di masa depan lebih banyak area yang dapat dijangkau, lebih banyak teknologi baru dan potensi kerja sama,” ucap Jun Zhang.

Lai Chaosen, Vice President, Delivery & Service, Huawei Indonesia

Pentingnya teknologi juga ditekankan oleh Lai Chaosen, Vice President, Delivery & Service, Huawei Indonesia. Menurutnya teknologi sangat penting untuk memberi manfaat bagi masyarakat. 

“Huawei memiliki program-progam untuk memastikan pengembangan industri dapat lebih cepat dan dapat dilakukan di mana saja. Sampai saat ini sudah ada 70 ribu talenta digital yang berhasil dicetak program-program Huawei di Indonesia. Ke depannya, Huawei akan mendorong peningkatan konektivitas yang berkualitas untuk seluruh ekosistem digital Indonesia. Upaya ini demi menjadikan ekosistem digital sebagai mesin utama ekonomi digital yang terintegrasi dengan seluruh perekonomian nasional,” ucap Lai Chaosen.

Qinjiarong salah satu pemateri dari Huawei Indonesia mengungkapkan bahwa Huawei memiliki solusi single ray. Menurutnya solusi tersebut dapat menyajikan jaringan 1G sampai 5G di satu alat, dan merupakan yang pertama di dunia. Sementara itu Audrey Melania Susanto, Solution Engineer memaparkan mengenai solusi Rural Star yang telah diterapkan di banyak negara. Solusi tersebut cocok untuk diterapkan di Indonesia untuk menciptakan konektivitas antar pulau.

Baca juga: Akses Fiber Management System Lebih Cepat dengan Solusi AirPON Huawei

Instalasi CPRI dan RRU Huawei di transmiter

Uji coba solusi broadband nirkabel Rural Star Pro telah digelar Huawei dan mitra operator pada tahun 2021 di Kalimantan. Fitur utama Rural Star Pro tersebut mencakup LTE untuk backhaul di daerah terpencil. Huawei Rural Star dapat mengintegrasikan pita dasar, peralatan transmisi radio, dan secara bersamaan LTE untuk backhaul nirkabel, dalam satu modul. Solusi terintegrasi dalam satu modul tentu saja merupakan terobososan. Konsep LTE untuk backhaul memungkinkan spektrum operator untuk menyediakan akses antar-backhaul atau stasiun pangkalan radio. Biasanya spektrum operator hanya digunakan untuk akses radio ke perangkat pengguna.

Fitur LTE untuk backhaul mampu menekan biaya sewa transmisi yang sebelumnya dikeluarkan operator untuk menggunakan microwave dan satelit.  Saat ini, solusi tersebut telah diterapkan di lebih dari 60 negara yang melayani 50 juta populasi.

Huawei telah melakukan penelitian bersama lebih dari 1000 ilmuwan dunia selama tiga tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperkirakan pada tahun 2030 di seluruh dunia akan ada 200 miliar perangkat yang terhubung ke internet. Setiap tahun akan dihasilkan lebih dari 1 YB data, ini berarti 23 kali lebih banyak dari volume data tahun 2020.

Share:

Artikel Terkini