Faktor Ini Pengaruhi Perilaku Siber Pendidik di Asia Pasifik Faktor Ini Pengaruhi Perilaku Siber Pendidik di Asia Pasifik ~ Teknogav.com

Faktor Ini Pengaruhi Perilaku Siber Pendidik di Asia Pasifik

Teknogav.com – Kaspersky menyelenggarakan studi terkininya, bekerja sama dengan Associate Professor Jiow Hee Jhee dari Singapore Institute of Technology. Tujuan studi ini adalah untuk menguji pendorong motivasi yang mempengaruhi perilaku individu secara online menggunakan Teori Motivasi Perlindungan (PMT). Studi tersebut dilakukan terhadap para pendidik untuk memahami faktor yang mempengaruhi perilaku individu terhadap isu keamanan siber. Hasil studi dituangkan dalam laporan berjudul Learning cybersecurity: What motivates individuals to practice online safety.

 PMT adalah kerangka kerja yang digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu terhadap suatu potensi ancaman. Model ini menjelaskan alasan orang mengadopsi atau menolak perilaku yang disarankan.  Penjelasan diperoleh melalui penilaian menyeluruh terhadap ancaman, risiko, kerentanan, dan/atau kemampuan mereka berperilaku protektif dan biaya yang harus ditanggung. Studi yang mengadopsi PMT ini berupaya memahami pendorong motivasi yang mempengaruhi perilaku terhadap masalah keamanan siber tertentu. Masalah tersebut khususnya ketika terhubung ke koneksi yang aman, menghadapi tautan dan lampiran mencurigaan serta penggunaan kata sandi.

Penyelenggaraan survei dipicu motivasi untuk membangun masyarakat global yang kebal terhadap siber dan mengedukasi generasi berikutnya akan keamanan siber. Survei terhadap para pendidik ini dilakukan di India, Singapura dan Filipina. Hasil studi tersebut memberikan wawasan mengenai praktik keamanan siber yang diadposi para pendidik di Asia sehingga bisa ditindaklanjuti. Temuan survei menunjukkan bahwa penilaian penanggulangan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku para pendidik di ketiga negara tersebut.

Baca juga: EO Perusahaan Perlu Tahu Lima Hal Penting Keamanan Siber Ini

Penilaian penaggulangan merupakan penilaian terhadap respon perilaku terhadap suatu ancaman, tingkat kesulitan dalam merespon dan biaya untuk mewujudkan respon tersebut. Perilaku ini mencakup saat terhubung ke Wi-Fi, membuka tautan, dan penggunaan kata sandi. Penilaian penanggulangan atau respons adaptif mencakup efikasi respons dan efikasi diri. 

Efikasi respons adalah pertimbangan individu mengenai perilaku yang direkomendasikan dapat mencegah atau mengurangi bahaya. Contoh persepsi efikasi respons adalah keyakinan bahwa penggunaan jaringan Wi-Fi yang aman dapat menghentikan intrusi siber ke perangkat digital seseorang. Sedangkan efikasi diri merupakan keberhasilan seseorang mencapai respons proaktif yang direkomendasikan. Contoh dari efikasi diri adalah kemampuan menangani email mencurigakan, apakah seseorang membuka tautan atau lampiran yang tak dikenal.

Hasil survei menunjukkan bahwa perilaku online positif cenderung lebih diadopsi responden yang memahami dampak negatif praktik kebersihan siber yang buruk. Ini menekankan kemampuan individu memitigasi atau mencegah ancaman dan kemampuan pribadi menanggapi sesuai rekomendasi merupakan motivasi terkuat praktik keamanan siber. Temuan lain menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan tidak mempengaruhi praktik keamanan siber para responden.

Pemahaman bahwa penjahat siber dapat melakukan operasi berbahaya di perangkat akan membuat waspada untuk terhubung ke jaringan Wi-Fi yang aman. Sejumlah 20% responden meyakini terhubung ke jaringan yang aman ketika menyadari konsekuensi negatif dari penggunaan koneksi Wi-Fi yang tak aman. Pencegahan intrusi siber dengan memakai koneksi Wi-Fi yang aman diyakini oleh 75% responden. Sebanyak 90% responden sepakat bahwa malware dapat masuk ke perangkat digital jika membuka tautan atau lampiran dari sumber tak dikenal. Tidak membuka tautan atau lampiran dari sumber yang mencurigakan diyakini 85% responden dapat mencegah intrusi siber ke perangkat digital.

“Temuan ini menekankan pentingnya memahami adanya konsekuensi negatif dari perilaku online yang tidak aman dan bagaimana hal tersebut berdampak pada praktik keamanan siber di masa depan. Ketika digitalisasi makin cepat dan mengubah masa depan, kegiatan dan keputusan kita secara online akan berdampak drastis pada kehidupan kita. Pendidikan keamanan siber tetap relevan dan menjadi prioritas utama. Penelitian ini juga menarik perhatian kami terhadap pentingnya memberikan lebih banyak pelatihan keamanan siber kepada para guru karena mereka berperan penting dalam mentransfer keterampilan kebersihan siber ke generasi berikutnya,” ucap Evgeniya Russkikh, Kepala Pendidikan Keamanan Siber di Kaspersky. 

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Email Tak Dibuka? Ini Pemaparan Kaspersky

Salah satu praktik terbaik kebersihan siber paling umum adalah penggunaan kata sandi yang kuat. Sejumlah 60% responden mengaku akan memakai kata sandi yang rumit jika mendapat instruksi mengenai cara memudahkan mengingat. Pola perilaku online sangat berkaitan dengan keselamatan dan keamanan. Berdasarkan pola perilaku tersbut, dapat disimpulkan bahwa pesan positif dapat mempengaruhi perubahan perilaku secara signifikan. Hal ini juga bisa dilengkapi dengan pemahaman mengenai ancaman siber.

“Studi kami menunjukkan bahwa penting bagi pengguna siber untuk diedukasi mengenai tingkat keparahan konsekuensi serta kerentanan apabila menjadi korban. Lebih penting lagi, kita harus mampu mendorong dan mendukung pengguna agar dapat mengelola (dan mengatasi) langkah-langkah perlindungan, sehingga dapat menumbuhkan ketahanan siber dalam diri,” ucap Jiow Hee Jhee, Associate Professor, Singapore Institute of Technology.

Tips Bentuk Perilaku Online Positif

Berikut ini adalah beberapa tips untuk membentuk perilaku online yang positif:

  • Susun dan rancang pesan-pesan keamanan siber yang menekankan hal yang bisa dilakukan. Tekankan juga bahwa dalam mengatasi masalah dan keamanan siber dapat dilakukan dengan percaya diri. Tindakan-tindakan yang direkomendasikan harus menekankan kefektifan hal tersebut dalam mencegah atau memitigasi ancaman-ancaman. Pesan-pesan yang memberdayakan harus menonjol dan dapat diterima.
  • Mempelajari ancaman siber dan konsekuensinya memungkinkan untuk mengambil keputusan tepat. Ketika membuat pesan persuasif dalam konteks ini, sebaiknya fokus pada cara mereka dapat mencegah, menanggapi dan mengatsi ancaman-ancaman tersebut. Jangan membuat pesan yang malah memicu kekhawatiran
  • Ubah sikap yang sudah ada dengan memanfaatkan kecenderungan mereka dalam melindungi diri dari bahaya. Makna dari melindungi adalah kemampuan untuk melakukan tindakan pencegahan yang dinilai efektif

Baca juga: Kaspersky Beri Tips Rapikan Sampah Digital di Tahun Baru

Tips Menjaga Kebersihan Siber

Kebersihan siber perlu dipastikan demi menjaga diri tetap aman saat online. Berikut ini adalah beberapa tips untuk menjaga kebersihan siber:

  • Kembangkan rutinitas dan kebiasaan yang teratur untuk memastikan praktik kebersihan siber. Atur pengingat untuk pembersihan rutin seperti memperbarui perangkat dan perangkat lunak, memindai virus, dan memperbarui kata sandi.
  • Pertimbangkan untuk menggunakan alat yang tepat untuk melindungi diri. Solusi keamanan siber atau solusi VPN yang komprehensif dapat melindungi dari beberapa jenis serangan siber.
  • Berpikirlah sebelum melakukan, ingat bahwa tindakan dan postingan online sering tak bisa diubah

Demikianlah hasil studi Kaspersky nmengenai pemahaman kebersihan siber yang dapat membentuk perilaku online, serta tips untuk senantiasa aman.

Share:

Artikel Terkini