
Teknogav.com – GDP Venture kembali menggelar forum Power Lunch, kali ini forum tersebut digelar 23 Juli 2025 di Midaz Senayan Golf, Jakarta. Tema yang diusung pada forum Power Lunch kali ini adalah “Peluang Bisnis di Musim Liburan Sekolah”. Pada kesempatan tersebut, Lokadata.id mengungkapkan terjadinya pergeseran selera dalam memilih produk dan layanan. Pergeseran juga terjadi pada tokoh pengambilan keputusan saat memilih produk dan layanan.
Lokadata.id memaparkan bahwa musim liburan sekolah 2025 memicu pertumbuhan konsumsi domestik di Indonesia. Konsumsi berbasis pengalaman yang bersifat personal, emosional dan layak dibagikan makin diutamakan masyarakat. Hal tersebut berlaku di berabgai sektor, termasuk perjalanan, hiburan yang mencakup atraksi dan pertunjukan teater, serta layanan fotografi.
Baca juga: Ekosistem GDP Venture Dukung Pariwisata Singapura
“Kini yang dicari adalah pengalaman, dulu yang dicari dari moda transportasi adalah harga yang paling efisien. Sekarang mereka lebih memilih kereta Panoramic yang memberikan pengalaman bukan cepat, Saat pandemi, masyarakat banyak berbelanja digital. Saat ini adalah ekonomi pengalaman, yaitu merasakan musik secara langsung di konser,” ucap Suwandi Ahmad, Chief Data Officer, Lokadata.id.
![]() |
| Suwandi Ahmad, Chief Data Officer, Lokadata.id |
Suwandi juga mengungkapkan bahwa pergeseran juga terjadi pada posisi pengambil keputusan. Saat ini, pengambilan keputusan banyak dipengaruhi media sosial. Sedangkan dahulu, pengambil keputusan adalah perempuan paling senior dalam suatu rumah tangga. Pembelian produk dalam suatu rumah tangga sekarang lebih ke banyak varian ukuran kecil sesuai selera dan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Dahulu, lebih mengutamakan produk berukuran besar untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Hal tersebut juga berlaku untuk liburan, setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan masing-masing. Jika pergi bersama-sama, bisa jadi tujuan tempat wisatanya akan berbeda-beda.
Berikut ini adalah tiga hal yang ditekankan dari pemaparan Lokadata.id:
- Terjadi pergeseran selera yang lebih mengutamakan pengalaman ketimbang harga murah
- Bisnis derivatif banyak bermunculan untuk memenuhi kebutuhan akan pengalaman. Misalnya pada suatu pertunjukan, tidak hanya sekadar tiket yang perlu disediakan, tetapi seluruh ekosistem pendukung, seperti power bank dan kipas.
- Pengambilan keputusan identik dengan pembelian suatu produk. Kini bukan lagi perempuan paling senior dalam rumah tangga, tetapi telah menjadi keputusan masing-masing anggota keluarga.
Suwandi juga menjelaskan bahwa kini masyarakat berlibur tak hanya untuk beristirahat, tetapi juga menciptakan pengalaman bermakna dan layak dibagikan.
“Hari ini, nilai liburan tidak hanya soal lokasi atau harga, tetapi tentang cerita yang bisa dibawa pulang dan dibagikan,” ucap Suwandi.
Baca juga: Tergiur Tawaran Mudik Hemat? Hati-hati Jangan Terjebak Phishing
Peningkatan kebiasaan masyarakat untuk rehat sejenak dari rutinitas memicu pertumbuhan transaksi tiket.com sampai 54% pada H1 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Selama musim liburan sekolah 2025, terjadi peningkatan transaksi akomodasi 79%, atraksi wisata 45%, dan penerbangan 38%.
“Sebelum pandemi, masyarakat umumnya menunggu libur panjang untuk berlibur. Kini, ada kebutuhan baru untuk rehat sejenak dari rutinitas, entah melalui perjalanan singkat, menonton konser, atau sekadar menikmati aktivitas hiburan di akhir pekan panjang. Kami juga melihat pergeseran dari long haul ke short haul, dari destinasi luar negeri ke domestik, dan dari liburan tahunan menjadi momen-momen jeda yang lebih sering dan lebih personal,” ucap Gaery Undarsa, Co-Founder & CMO tiket.com.
![]() |
| Gaery Undarsa, Co-Founder & CMO tiket.com |
Gaery juga menyatakan bahwa kini motivasi konsumen tak lagi soal jarak, tetapi makna dari momen itu sendiri.Tiket.com terus menjaga relevansi karena minat masyarakat terhadap destinasi juga berbeda-beda. Contohnya saat pandemi, vila lebih diminati ketimbang hotel. Terkait soal pertunjukan, konsumen juga lebih membahas konser apa dan apa saja yang dilakukan di konser, bukan pergi ke mana. Tiket.com mengupayakan untuk membuat kesepakatan eksklusif dengan penyelenggara agar dapat memastikan pelanggan hanya bisa mendapatkan tiket tersebut di tiket.com.
Survei Lokadata.id menunjukkan bahwa konsumen makin memprioritaskan kegiatan yang memberi dampak emosional seperti konser, pertunjukan budaya dan perjalanan singkat. Pengeluaran selama acara seperti konser bahkan dapat melampaui harga tiket. Hal ini makin menegaskan besarnya nilai pengalaman.
Baca juga: BCA tiket.com Travel Fair 2025 Siap Digelar di Gandaria City
Galeri Indonesia Kaya (GIK) berperan sebagai tempat tujuan wisata yang memadukan edukasi dan hiburan selama musim liburan sekolah. Seluruh pertunjukan teater musikal dan budaya dalam galeri bersifat gratis, tetapi tetap disambut dengan antusiasme tinggi. Hal tersebut diperlihatkan oleh peningkatan jumlah pengunjung yang signifikan, yaitu lebih dari 27 ribu orang selama liburan sekolah.
“Fenomena ‘war tiket’ kini tak hanya terjadi di konser berbayar, bahkan masyarakat berlomba mendapatkan tiket gratis di GIK seperti yang ramai dibagikan di media sosial karena masyarakat ingin menjadi bagian dari momen sosial bersama,” ucap Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
![]() |
| Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation |
GIK menjadi destinasi liburan sekolah yang mendidik dan menghibur berkat fungsi edukatif GIK. Peran tersebut dilakukan melalui konten interaktif yang dirancang khusus bagi generasi muda. Salah satunya dengan menampilkan certa rakyat seperti “Lutung Kasarung” dari Jawa dan “Empat Raja” dari Papua di panel digital interaktif. Penyelenggaraan pertunjukan ini sesuai misi GIK untuk mendekatkan budaya menjadi gaya hidup bagi masyarakat Indonesia.
Selama periode liburan sekolah, GIK juga menggelar dua pertunjukan musikal berbayar bersama pihak ketiga. Pertunjukan tersebut adalah Keluarga Cemara yang digelar 30 hari dan Petualangan Sherina yang digelar 15 hari. Lebih dari 43 ribu penonton menghadiri pertunjukan tersebut, dengan tiket Petualangan Sherina yang habis terjual.
“Kini teater menjadi alternatif hiburan yang tak kalam menarik dibanding konser atau film layar lebar. Menonton teater hari ini bukan hanya dianggap keren, tapi juga mencerminkan minat pada konten yang cerdas dan bernilai budaya,” ucap Renitasari.
Fenomena berbagi pengalaman juga diperkuat oleh tren dokumentasi selama liburan yang tak hanya berpusat pada objek wisata populer, Namun, tren tersebut juga bergeser ke vila tempat menginap dan ruang terbuka lain yang lebih personal. Kebutuhan untuk berbagi ini dipenuhi oleh SweetEscape yang menawarkan layanan foto. Layanan tersebut mencakup hasil foto yang sudah disunting dan dapat diunduh maksimal dalam 48 jam atau keesokan hari.
Data internal SweetEscape menunjukkan tiga destinasi wisata dengan permintaan tertinggi selama musim liburan sekolah, yaitu Bali, Sydney dan Singapura. Layanan fotografi profesional SweetEscape ada di lebih dari 500 kota di seluruh dunia. SweetEscape hadir di lebih dari 500 kota di seluruh dunia dan mengalami peningkatan permintaan lebih dari 35% selama liburan sekolah.
“Fotografer kami kini tak jarang berperan ganda sebagai pemandu lokal, menunjukkan spot-spot tersembunyi yang estetik dan Instagramable,” ucap David Soong, Founder & CEO SweetEscape.
![]() |
| David Soong, Founder & CEO SweetEscape |
Diskusi Power Lunch menegaskan bahwa liburan sekolah sudah menjadi titik strategis dalam siklus konsumsi nasional. Perubahan perilaku pasca-pandemi menunjukkan pergeseran cara masyarakat memaknai waktu luang yang dipenuhi dimensi budaya, emosional dan pengalaman untuk dibagikan.
![]() |
| Ossy Indra Wardhani, Corporate Affairs Director GDP Venture |
“Pandemi mendorong percepatan di banyak bidang, termasuk perubahan besar dalam perilaku konsumen. Liburan kini tak harus panjang atau jauh, tetapi menjadi waktu berkualitas yang dimaknai secara personal bersama keluarga atau teman dekat, dalam aktivitas apapun yang berbeda dari rutinitas harian,” simpul Ossy Indra Wardhani, Corporate Affairs Director GDP Venture.











