DBS Bank Umumkan Komitmen Dekarbonisasi Monumental DBS Bank Umumkan Komitmen Dekarbonisasi Monumental ~ Teknogav.com

DBS Bank Umumkan Komitmen Dekarbonisasi Monumental

Teknogav.com  - DBS Bank Ltd (DBS) menerbitkan laporan ‘Our Path to net zero – Supporting Asia’s Transition to a Low-carbon Economy’. Laporan tersebut memaparkan target sektoral yang selaras dengan jalur dekarbonisasi berbasis ilmu pengetahuan. Target ini merupakan bagian dari komitmen dalam mencapai net zero pada emisi yang dihasilkan DBS dan industri yang dibiayainya. Penetapan target dekarbonisasi interim ini untuk tahun 2030, kemajuan terkait target tersebut akan dilaporkan dalam Sustainability Report tahunan.

Sasaran dekarbonisasi ini mencakup tujuh sektor industri, yaitu daya, minyak dan gas, otomotif, penerbangan, ekspedisi, baja dan real estat. Sementara itu ada dua sektor industri yang ditetapkan dalam sasaran cakupan data, yaitu pangan & agribisnis, dan bahan kimia. Penetapan ini membuka jalan bagi sasaran dekarbonisasi sektoral di masa depan. Penetapan sasaran ini dilakukan dengan pendekatan yang ketat dan berbasis ilmu pengetahuan. Metode ini selaras dengan jalur lain yang diakui secara internasional dan diterima industri. Jalur tersebut seperti The International Energy Agency’s net zero Emissions by 2050 Scenario (IEA NZE).

Baca juga: Electrum, Pertamina, Gogoro, dan Gesits Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik Indonesia

Pengumuman rencana yang akan diterapkan untuk mencapai net-zero ini merupakan tindak lanjut dari pengumuman bank pada Oktober 2021. Saat itu DBS Bank Singapura turut menandatangani Net-Zero Banking Alliance. Penandatanganan tersebut menjadikan DBS Bank Singapura menjadi yang pertama menjadi kelompok tersebut. Berdasarkan kesepakatan tersebut, DBS wajib menyelaraskan portofolio pinjaman dan investasi dengan emisi nol bersih di tahun 2050.

Hampir Semua Segmen Intensif Karbon Tertinggi Tercakup dalam Rencana Emisi Net Zero

Sembilan sektor yang menjadi sasaran dekarbonisasi dan cakupan data mewakili segmen perbankan institusional penghasil emisi karbon terbesar yang dibiayai DBS. Sektor-sektor tersebut mewakili 31% pinjaman bank yang belum dilunasi, namun menyumbang emisi besar. Emisi yang dihasilkan tersebut baik dari perusahaan maupun industri yang dibiayai Interbank Giro (IBG).

 

Enam dari tujuh sasaran dekarbonisasi tersebut merupakan metrik intensitas yang bertujuan mencapai emisi lebih rendah per unit produksi atau kegiatan. Langkah ini mencerminkan tujuan DBS dalam mengawali langkah emisi net zero yang konsisten dengan pertumbuhan dan kemakmuran inklusif dan berkelanjutan. Memahami perlunya pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dalam menuju emisi net zero, maka ditetapkan pengurangan emisi abosut untuk sektor migas. Sasaran DBS pada tahun 2030 adalah mengurangi emisi absolut di sektor migas sampai 28%. Hal ini selaras dengan skenario IEA NZE. Sasaran dekarbonisasi juga melampaui catatan kegiatan pinjaman perbankan institusional yang juga mencakup kegiatan pasar modal. Peninjauan sasaran ini akan dilakukan secara berkala seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan data klien. 

Baca juga: KADIN dan Huawei Berkolaborasi Wujudkan Nol Emisi Karbon di Indonesia

“Kami yakin bahwa komitmen net zero kami yang dibuat pada Oktober lalu harus didukung roadmap dan rencana jelas serta terperinci. Namun, memetakan serangkaian aksi konstruktif dan berdampak tidaklah mudah. Ini mengingat tantangan memetakan jalur industri yang sesuai dan tonggak pencapaian jangka menengah realistis di pasar dengan titik awal berbeda. Saya senang hari ini kami dapat mengumumkan serangkaian aksi ambisius, luas, dan terukur yang dapat kami laksanakan. Target dekarbonisasi akan berperan sebagai 'bintang utara' atau panduan untuk kegiatan pembiayaan kami. Hal ini akan memandu kami ke emisi nol bersih pada 2050 melalui perubahan terukur,” ucap Piyush Gupta, Chief Executive Officer Bank DBS.

DBS Dukung Transisi Asia menuju Ekonomi Rendah Karbon

Komitmen DBS menuji emisi net zero pada 2050 menempatkan bank di jalur proaktif dan peka pada kebutuhan nasabah dan masyarakat. DBS ingin mendorong dan memungkinkan nasabah perbankan institusional untuk mengubah strategi bisnis dan mempercepat perjalanan transisi mereka. Ada berbagai cara untuk mencapai kondisi tersebut. Cara tersebut termasuk dengan memberikan solusi keuangan berkelanjutan dan solusi keuangan transisi bagi perusahaan yang berupaya menurunkan emisi mereka.

“Kemampuan kami untuk mencapai ambisi emisi nol bersih sangat bergantung pada keberhasilan klien kami dalam menjalankan rencana transisi mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah melihat peningkatan berarti dalam permintaan akan solusi keuangan hijau dan berkelanjutan. Demi mempercepat transisi dan memenuhi kebutuhan investasi besar dalam beberapa dasawarsa mendatang, kami akan secara proaktif bermitra dengan klien kami. Kami akan memberi mereka nasihat keuangan dan solusi keuangan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (solusi keuangan transisi). Upaya ini dilakukan saat kami bersama-sama bekerja menuju masa depan rendah karbon,” ucap Tan Su Shan, Group Head, Institutional Banking Group.

Baca juga: Bank DBS Indonesia Tingkatkan Limit Joint Financing ke Kredivo

Gupta juga mengatakan bahwa dalam mencapai dekarbonisasi tak bisa hanya mengandalkan satu pihak. Perbankan global, komunitas bisnis dan para pemimpin dunia memiliki peran dalam menyeimbangkan agenda iklim, kesetaraan sosial dan pembangunan ekonomi. Bersama-sama, seluruh pihak harus menjalankan kepemimpinan secara kolektif dengan bekerja menuju peralihan seeimbang, berkelanjutan dan adil.

Langkah-langkah DBS dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Selama beberapa tahun terakhir, DBS telah mengadopsi langkah-langkah untuk mengatasi perubahan iklim secara proaktif. Kemajuan stabil di beberapa bidang telah dicapai perusahaan sebagai bagian dari upaya keberlanjutan lebih luas. Berikut ini adalah beberapa langkah-langkah yang dilakukan DBS tersebut:

  1. Meningkatkan dampak positif environmental, social, and governance (ESG) melalui pembiayaan berkelanjutan. Bisnis pembiayaan berkelanjutan terus dibangun DBS dengan meningkatkan portofolio berkelanjutan menjadi SGD52,7 miliar per 30 Juni 2022. Angka tersebut telah melampaui target SGD50 miliar sebelum tahun 2024.
  2. Bergerak secara teratur menuju komitmen nol batu bara termal. Sejak April 2019, DBS tak lagi mengucurkan pembiayaan untuk aset batu bara termal baru. DBS juga secara bertahap mengurangi paparan termal batu bara. Di saat yang sama bank terus meningkatkan dukungan pada sektor energi terbarukan. Hal ini terbukti dengan peningkatan proyek energi terbarukan sebesar SGD5,9 miliar pada 2021 dan SGD4,2 miliar pada 2020.
  3. Mencapai emisi karbon operasional nol bersih pada akhir 2022. DBS berkomitmen untuk mencapai emisi karbon operasional net zero di seluruh bank di akhir tahun 2022. Pengurangan jejak karbon juga akan terus dilakukan sambil memajukan agenda pengadaan berkelanjutan. Di akhir tahun 2021, 100% pemasok baru DBS sudah menandatangani komitmen mereka pada DBS Sustainability Sourcing Principles. DBS telah menjadi penandatangan RE100 pada November 2017. Langkah tersebut menjadikannya sebagai bank Asia dan perusahaan Singapura pertama yang bergabung dalam inisiatif energi terbarukan global. Bank berkomitmen untuk menggunakan 100% energi terbarukan untuk operasinya di Singapura pada 2030.
  4. Berkomitmen pada keterbukaan. DBS menjadi bank pertama di Singapura dan Asia Tenggara yang mengadopsi Prinsip Ekuator pada tahun 2019, Prinsip Ekuator merupakan kerangka manajemen risiko yang diakui secara global. Kerangka manajemen risiko ini diadopsi lembaga keuangan untuk menentukan, menilai dan mengelola risiko lingkungan dan sosial dalam proyek infrastruktur.

DBS juga merupakan salah satu pengadopsi awal rekomendasi Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD).Ini adalah pengungkapan sukarela seputar risiko dan peluang terkait iklim. Rekomendasi TCFD membantu mendapatkan data lebih lengkap, bermanfaat, andal, dan konsisten di semua perusahaan dan sektor untuk pengungkapan keuangan terkait iklim. Ini memberikan para pemangku kepentingan informasi keuangan terkait iklim lebih bermanfaat dan transparan. Kekuatan pasar pun mampu mendorong alokasi modal efisien dan mendukung transisi mulus menuju ekonomi rendah karbon.

Share:

Artikel Terkini