Kompetisi Film Pendek SOS 2023 Ajak Kampanyekan Anti Ujaran Kebencian Kompetisi Film Pendek SOS 2023 Ajak Kampanyekan Anti Ujaran Kebencian ~ Teknogav.com

Kompetisi Film Pendek SOS 2023 Ajak Kampanyekan Anti Ujaran Kebencian

Teknogav.com – Media sosial bak pisau bermata dua, dahulu platform ini banyak digunakan untuk membangun jaringan dan koneksi, bahkan untuk berkarya. Sayangnya, kini media sosial dipenuhi oleh ujaran kebencian yang pada akhirnya membuat kesehatan mental terganggu. Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat) berusaha menginspirasi anak muda Indonesia agar bijak menggunakan media sosial dan meningkatkan literasi digital mereka. Upaya tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan kompetisi pembuatan film pendek Save Our Socmed (SOS) 2023 untuk mengkampanyekan anti ujaran kebencian.

Tema yang diangkat pada kompetisi film pendek SOS 2023 ini adalah ‘Bicara Baik di Digital, Hindari Emosi tanpa Substansi’. Pendaftaran kompetisi ini dan juga roadshow ke kampus-kampus dimulai sejak 26 Oktober 2023 sampai 30 November 2023. Setelah itu akan digelar workshop dan pengumpulan karya selama periode 1 Desember 2023 sampai 7 Januari 2024. Seleksi dan penjurian akan dilakukan pada 8 Januari 2024 sampai 18 Februari 2024. Rencananya, pengumuman pemenang akan dilakukan pada Februari 2024. Total hadiah yang disediakan sampai Rp500 juta. Berikut ini adalah beberapa syarat dan ketentuan dari kompetisi SOS 2023:

  • Durasi 5-10 mein, rasio 16:i9
  • rasolusi minimal HD atau (1280 x 729)
  • Besar film maksimum 1 GB
  • Format filme MP4 dan menggunakan suara stereo

Baca juga: Ini Juara Kompetisi Film Pendek Save Our Socmed

Kegiatan roadshow kampus tersebut akan dilakukan di empat, kota, yaitu Medan, Jember, Pontianak dan Makassar. Selain itu, dilakukan juga sosialisasi di enam kota lain, yaitu Bali, Bandung, Palembang, Semarang, Surabaya, dan Mataram. Workshop pelatihan akan dilakukan secara online oleh para pakar perfilman untuk meningkatkan keterampilan para peserta. Pengiriman karya dilakukan secara online dan para pemenang akan diumumkan di acara Anugerah Karya Festival Film Pendek SOS tahun 2024.

Kondisi Media Sosial yang Penuh Kebencian

Saat ini, Indonesia memiliki 276 juta penduduk, dan jumlah pengguna media sosialnya sebanyak 167 juta atau 60,5% dari total penduduk. Sayangnya saat ini media sosial banyak diisi oleh ujaran kebencian.

Ika Natassa, seorang penulis dan banker mengatakan bahwa saat ini media sosial banyak dipakai untuk menumpahkan segala kekesalan. Para pengguna media sosial melakukan hal tersebut dengan alasan untuk kesehatan mental. Platform media sosial yang gratis dijadikan penyaluran untuk berbicara apa pun. Orang-orang dapat bersembunyi di balik akun anonim, berbeda dengan yang bertemu langsung.

“Media sosial tak lagi menjadi tempat untuk menemukan teman, tetapi menjadi tempat untuk menemukan kebencian. Saya merasa hal ini membuat depresi. Dulu saya di media sosial bisa berkenalan dengan sesama penulis dan para pelaku industri kreatif. Kita saling follow, kenalan, saling sahut-sahutan lalu kerja sama. Itu merupakan hal positif dari media sosial, tetapi yang terjadi sekarang tidak demikian, justru jadi tempat kemarahan. Sudah saatnya untuk tidak hanya menonton keributan ini, sedikit-sedikit merekam untuk dijadikan viral,” ucap Ika.

Hal senada diungkapkan oleh Steve Saerang, SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison. Menurutnya, semestinya media sosial merupakan tempat yang nyaman untuk semua, bukan tempat menebar kebencian. Media sosial merupakan rumah dari berbagai karya dan tempat berkolaborasi bersama.

Steve Saerang, SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison

Baca juga: Dukung Internet Positif, TikTok Gandeng Sudah Dong Kampanyekan #SamaSamaNyaman

Kampanye Bijak Berkreasi Tanpa Batas

Indosat terdorong untuk ikut serta menyampaikan narasi positif di dunia digital melalui pendekatan kreatif. Ujaran kebencian dapat memulai polarisasi. Kampanye yang digelar Indosat diharapkan dapat menginspirasi berbagai pihak untuk menjadikan media sosial sebagai tempat yang lebih bermakna, nyaman dan aman berekspresi.

 “Indosat mengajak generasi muda untuk Bijak Berkreasi Tanpa Batas melalui kampanye anti ujaran kebencian. Kekuatan cerita dan visual dapat menyebarkan pesan perdamaian, kesetaraan, dan toleransi. Kita dapat mengubah dunia serta membangun masyarakat yang lebih inklusif dan peduli dengan sesama melalui dukungan teknologi dan digitalisasi,” ucap Steve Saerang,

Penyelenggaraan kompetisi film pendek SOS telah dilakukan Indosat sejak tahun 2021 sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Program ini termasuk dalam pilar pendidikan digital. Serangkaian kegiatan yang dilakukan mencakup roadshow ke kampus-kampus, sosialisasi, workshop pelatihan, seleksi penjurian dan pengumuman pemenang.

dari kiri ke kanan: Steve Saerang, SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison; Ika Natassa, penulis; Jovial da Lopez, Chief Creator Officer Narasi; dan Mohammad Amin, Direktur Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf

“Aku sering menilai karya-karya film pendek di Indonesia. Biasanya film-film yang dibuat isinya keresahan dalam hati. Sebenarnya sudah banyak keresahan yang seperti ini. Jika keresahan seperti ini bisa dimonetisasi kan bisa mendatangkan uang, jadi lebih baik lagi. Cerita-cerita mereka dapat dikeluarkan, karena generasi ini merupakan generasi yang paling mudah ditarget oleh hate speech. Saya sempat banyak kenal kreator, banyak teman-teman kreator saya yang karyanya terhambat. Ini karena takut, setiap karya yang dikeluarkan kemudian diserang dengan kebencian, padahal niat dan karya dia baik. Cuma dibenci saja, dia jadi takut berkarya, padahal tidak mengetahui siapa yang berkomentar,” ucap Jovial da Lopez, Chief Creator Officer Narasi.

Baca juga: Kaspersky Berbagi Tips Lindungi Kesehatan Mental dengan Teknologi 

Kehadiran kompetisi film pendek SOS 2023 ini disambut positif oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hal tersebut disampaikan oleh Mohammad Amin, Direktur Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf. Menurutnya teknologi seperti pedang bermata dua, sehingga positioning merupakan hal yang penting.

Mohammad Amin, Direktur Musik, Film dan Animasi. Kemenparekraf

 “Ketika generasi Z dan generasi milenial berinteraksi dengan media sosial, maka ide kompetisi film pendek SOS menarik. Hal ini dapat membalik dari yang negatif menjadi positif. Menurut saya, hal-hal seperti ini echoingnya harus besar. Pemenang film ini nanti dapat bekerja sama dengan pemenang film bulanan yang ada di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jadi lebih bisa bergaung lagi. Tema-tema yang reachable, sangat penting dan kontekstual menurut saya sangat penting,” ucap Mohammad Amin.

Narasi yang merupakan mitra kolaborasi Indosat mengusung semangat serupa, yaitu melawan penyebaran ujaran kebencian. Hal tersebut diungkapkan oleh Najwa Shihab, Founder Narasi. Menurutnya, inisiatif Indonesat dalam menyelenggarakan kompetisi film pendek SOS 2023 perlu didukung.  Jelang pemilihan umum pun biasanya media sosial dimanfaatkan untuk memecah belah dengan informasi. 

“Kami berharap dapat memberikan suara dan gagasan yang dibutuhkan tentang kesetaraan, toleransi, dan perdamaian,” ucap Najwa.

Share:

Artikel Terkini