Bank Neo Commerce Paparkan Pertumbuhan Pesat Melalui Transformasi Digital Bank Neo Commerce Paparkan Pertumbuhan Pesat Melalui Transformasi Digital ~ Teknogav.com

Bank Neo Commerce Paparkan Pertumbuhan Pesat Melalui Transformasi Digital

Teknogav.com – Industri keuangan merupakan salah satu sektor dengan persaingan paling ketat seiring pesatnya perkembangan teknologi di era digital. Kehadiran industri financial technology (fintech) membuat bank-bank konvensional harus turut melakukan transformasi digital. Upaya transformasi digital ini pula yang dilakukan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang sebelumnya bernama Bank Yudha Bhakti.

Bank Neo Commerce (BNC) memaparkan perjalanan digitalnya dalam menjadi lembaga keuangan yang dapat bersaing di tengah ketatnya persaingan perbankan digital. Pemaparan tersebut disampaikan Justin Chen, Direktur Teknologi Sistem Inforasi Bank Neo Commerce dalam percakapan dengan Gavin Allen, Eksekutif Editor-in-Chief Transform. Transform adalah media digital Huawei yang membahas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terkini. Berbagai kisah keberhasilan yang menginspirasi juga dipaparkan dalam Transform.

Pada percakapan di Transform, Justin Chen mengungkapkan bahwa jalur digital dimanfaatkan BNC untuk mengubah tantangan menjadi peluang bisnis yang potensial. Masyarakat yang sebelumnya tak menggunakan layanan perbankan dijangkau BNC melalui jalur digital untuk menjadi nasabah mereka.

Baca juga: Huawei Cloud Indonesia Fintech Summit 2023 Giatkan Inklusi Keuangan Digital

Pada tahun 2020, lebih dari setengah populasi di Indonesia tidak memiliki rekening bank atau belum tersentuh layanan perbankan (underbanked). Hal ini dipandang sebagai peluang besar oleh BNC sehingga melakukan digitalisasi dan meluncurkan aplikasi Neobank di tahun 2021. Upaya ini juga dilakukan untuk membantu masyarakat Indonesia mengakses lebih banyak layanan keuangan.

“Indonesia berkembang dalam fase yang sangat cepat. Kami berharap masyarakat awam, terutama di daerah terpencil, dapat mengejar ketertinggalan dalam hal layanan keuangan,” ucap Justin Chen.

Tantangan yang dihadapi BNC dalam melakukan digitalisasi ini adalah harus memulai dengan cepat. Awalnya BNC menganggap digitalisasi ini seperti bisnis online pada umumnya, harus dilakukan dengan cepat dan menguasai pasar sesegera mungkin. Ternyata industri perbankan berbeda karena operasi perbankan memiliki aturan berbeda. Di industri perbankan tidak bisa langsung menguasai pasar karena semua harus tunduk pada regulasi yang berlaku. Hal terpenting yang dilakukan BNC adalah melakuakn cara untuk terus fokus dalam melayani nasabah.

BNC beralih masuk ke ekosistem digital dari bank yang sudah mapan dan sudah beroperasi selama 30 tahun. Dua hal penting yang dilakukan adalah membangun sistem yang seluruhnya baru dan mengubah cara bank beroperasi. Dalam mengubah cara bank beroperasi maka juga harus bisa mengubah cara pandang orang terhadap suatu bisnis.

Di masa lalu, ketika seorang nasabah atau calon nasabah datang ke kantor cabang, manajer cabang sudah dapat mengevaluasi mereka. Contohnya adalah evaluasi mengenai besarnya potensi dari nasabah atau calon nasabah tadi. Pada bisnis perbankan berbasis internet perlu cara baru untuk mengevaluasi karena tidak bertatapan langsung dengan mereka. Menurut Justin Chen, verifikasi di bisnis perbankan berbasis internet tidak semudah saat tatap muka langsung. Semua data harus diperiksa, dan disusun statistik untuk mengetahui tindakan sudah benar atau belum.

Baca juga: Huawei Bahas Pentingnya Multi-Cloud dan Multi-Jaringan di Sektor Keuangan

Arsitektur dan organisasi di BNC fleksibel sehingga memastikan untuk dapat mengganti semua bagian saat sedang melaju di tengah persaingan ketat. Pada awalnya BNC memiliki 70.000 nasabah dalam format layanan yang lama. Setelah menjadi bank digital, BNC telah berhasil memiliki hampir 30 juta nasabah.

“BNC adalah bank kecil. Kami bukan bank raksasa. Ketika bank besar ingin mengubah sesuatu, mereka perlu mempertimbangkan banyak hal. Namun di BNC, ketika kami memulai bisnis ini, kami hanya memiliki sekitar 70.000 nasabah, jadi tidak banyak hambatan berarti di pihak kami. Kami harus melakukan segala sesuatunya dengan sangat cepat. Ini seperti di arena balap mobil di mana Anda harus bisa cepat mengganti roda di tengah kompetisi sedang berlangsung. Itulah yang saya maksud dengan fleksibilitas. Kami tidak ada waktu untuk menunggu sampai mobil yang bagus selesai dibuat; kami harus ikut balapan sekarang, apa pun yang terjadi,” ucap Justin Chen.

Infrastruktur yang sangat baik di Indonesia membuat apa yang dilakukan BNC lebih mudah dibandingkan perkiraan di awal. Hal ini karena masyarakat sudah terbiasa dengan tagihan digital. Proses Know Your Customer (KYC) sudah bisa dilakukan secara online, sehingga nasabah tak perlu datang ke cabang. Pengalaman pelanggan yang baik bisa disiapkan sehingga masyarakat hanya perlu membuka rekening dari aplikasi. 

“Pengalaman perbankan baru seperti ini memang belum menjangkau banyak nasabah di Indonesia. Namun menurut pengalaman mereka, layanan seperti itu sangat bermanfaat bagi mereka. Di masa lalu, untuk melakukan kegiatan perbankan, nasabah harus datang langsung ke cabang. Terkadang muncul rasa canggung untuk datang langsung ke kantor bank karena mereka tidak mau teller mengetahui nominal yang dimiliki. Tapi sekarang mereka dapat melakukannya tanpa perlu berinteraksi maupun bertatap muka secara langsung dengan petugas bank,” ucap Justin Chen.

Justin mengungkapkan bahwa nsabah perlu mengambil swafoto karena bank perlu melakukan pengenalan wajah untuk melakukan verifikasi identitas. Wajah-wajah nasabah terlihat lebih ceria pada foto-foto yang terkumpul di back-end. Hal ini berbeda dengan saat berhadapan langsung di depan teller, wajah-wajah di swafoto tidak terlihat rasa canggung.

Baca juga: Huawei Cloud Region Indonesia Siap Dukung Inisiatif “Making Indonesia 4.0”

Seiring perkembangan bisnis yang kian kompleks dan volumenya makin bertambah, maka pemeliharaan infrastruktur pun menjadi masalah besar. Masalah tersebut membatasi keleluasaan bergerak  setiap kali BNC ingin melakukan perubahan. BNC kemudian memutuskan menyerahkan masalah ini kepada Huawei. Pengembangan bisnis pun jadi lebih mudah dengan menggunakan Huawei Cloud dan terus melakukan perjalanan transformasi digital.

"Saya serahkan kepada Anda bagaimana mencari solusi terbaik atas masalah ini, sehingga kami bisa lebih fokus pada bagaimana mengoptimalkan capaian-capaian bisnis,” ucap Justin Chen kepada Huawei.

Saat ini BNC telah memiliki jumlah nasabah sekitar 25 juta. Hal ini dapat menjadi tolok ukur keberhasilan strategi digital BNC dalam hal basis pengguna. Sementara itu, dalam hal simpanan diperkirakan ada lebih dari USD1 miliar atau sekitar Rp15,5 triliun (kurs USD/IDR 15.500). Volume transaksi BNC juga besar. Namun BNC memang belum mencetak laba, hal ini pun ditekankan oleh Justin Chen dalam mengukur keberhasilan, yaitu laba.

Share:

Artikel Terkini