Hati-hati, 23% Pengguna Internet Dikuntit secara Digital setelah Berkencan Hati-hati, 23% Pengguna Internet Dikuntit secara Digital setelah Berkencan ~ Teknogav.com

Hati-hati, 23% Pengguna Internet Dikuntit secara Digital setelah Berkencan

Teknogav.com  - Kaspersky melakukan survei terhadap 21.000 responden yang tersebar di 21 negara untuk mengetahui tingkat penyalahgunaan digital. Langkah-langkah untuk melindungi diri dalam pencarian cinta telah dilakukan para pengguna data online dengan antusias. Seramnya, ternyata 23% responden pernah mengalami beberapa bentuk penguntitan online dari orang yang baru dikencani.

“Internet atau dunia yang terhubung, adalah hal yang brilian dan menawarkan segudang kemungkinan. Namun seiring dengan adanya peluang, muncul pula ancaman. Salah satunya adalah kemudahan akses terhadap data yang dapat dilacak yang membuat kita rentan terhadap penyalahgunaan. Meskipun kesalahan atas perilaku mengerikan ini tidak pernah ditujukan kepada korban, sayangnya mereka masih enggan mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko. Menurut saya, sangat bagus jika orang-orang mengambil langkah-langkah untuk memverifikasi identitas secara online. Ini akan mendorong orang-orang berhenti sejenak dan melakukan pengecekan cepat terhadap informasi, kata sandi, atau segala data yang mereka bagikan. Upaya ini untuk menghindari agar informasi tersebut jatuh ke tangan yang salah,” ucap David Emm, Peneliti Keamanan Utama di Kaspersky. 

Baca juga: Jelang Valentine, Waspadai Lima Ancaman Siber Kencan Online Ini  

Pencarian Google atau memeriksa akun media sosial orang yang dikencani untuk pengecekan latar seseorang dapat diterima oleh 34% responden. Sejumlah 41% responden bahkan mengaku melakukan hal tersebut ketika mulai berkencan dengan seseorang. Sayangnya, lebih dari 90% responden mau berbagi kata sandi yang berisiko pada pelacakan lokasi mereka. Risiko dari pengaturan lokasi, privasi data dan berbagi secara berlebihan meningkatkan jumlah penguntitan dan pelecehan di perayaan hari kasih sayang.

Jenis kekerasan yang diterima responden bermacam-macam. Sejumlah 39% responden bahkan pernah melaporkan beberapa bentuk kekerasan atau pelecehan yang dilakukan pasangan saat ini atau mantan. Email atau pesan yang tidak diinginkan menimpa 16% responden. Sejumlah 13% telah direkam videonya atau difoto tanpa persetujuan. Sebanyak 10% lain mengakui mengalami pelacakan lokasi, dan 10% mengakui mengalami peretasan akun media sosial atau email. Hal yang memprihatinkan adalah sejumlah 7% responden mendapati perangkatnya dipasangi stalkerware tanpa persetujuan.

Baca juga: Kekerasan Digital Melalui Stalkerware Sedikit Menurun di Tahun 2022

Proporsi responden perempuan yang mengalami bentuk kekerasan atau pelecehan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki, yaitu 42% berbanding 36%. Jumlah mereka yang pernah mengalami kekerasan atau pelecehan saat berpacaran juga lebih banyak dibandingkan yang sudah menjalin hubungan jangka panjang. Proporsi tersebut adalah 48% berbanding 37%. Sejumlah 34% responden merasa khawatir kemungkinan dikuntit secara online. Jumlah responden perempuan yang khawatir terhadap prospek tersebut lebih banyak, yaitu 36% dari responden perempuan. Sedangkan, jumlah responden laki-laki yang khawatir sebesar 31% dari responden laki-laki.


Tingkat kekhawatiran di setiap negara juga berbeda. Sebagian besar responden yang merasa khawatir akan penguntitan online berasal dari wilayah Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Asia. Sejumlah 42% responden di India melaporkan beberapa bentuk penguntitan online di India. Sementara itu di Meksiko dirasakan 38% responden, dan di Argentina diakui oleh 36% responden.

“Menjelajahi kencan online dan ruang virtual dapat menjadi tantangan. Penting bagi media sosial dan aplikasi kencan untuk menerapkan proses verifikasi, yang dapat membantu memastikan profil pengguna sesuai foto sebenarnya. Sepengetahuan saya, Bumble adalah satu-satunya aplikasi kencan yang saat ini menggunakan tingkat verifikasi ini. Saya ingin melihat orang lain menerapkan langkah-langkah keamanan serupa. Selain itu, panduan keselamatan dan sumber daya harus mudah diakses secara online dalam berbagai bahasa. Hal ini untuk memastikan bahwa individu yang rentan mendapatkan dukungan yang diperlukan tanpa perlu mendaftar untuk aplikasi”, ucap Emma Pickering, Head of Technology-Facilitated Abuse and Economic Empowerment, Refuge. 

Baca juga: Risih Diintai Pasangan Diam-diam? Ini Tips Kaspersky Hindari Stalkerware

Undang-undang Keamanan Online Inggris menjadi preseden dengan mengatur platform untuk melindungi pengguna. Sifat penguntitan dan penyalahgunaan yang difasilitasi teknologi makin meluas, sehingga setiap orang disaranakn mengamankan kehadiran online. Pengamanan tersebut mencakup pada kata sandi dan akun. Ketika ada kekhawatiran, maka harus menghubungi otoritas setempat atau layanan dukungan. Berbagai bentuk dukungan dan bantuan biasanya ditawarkan Saluran Bantuan Kekerasan Daalm Rumah Tangga.

Tips Aman saat Kencan Online

Kaspersky memberikan beberapa tips berikut ini agar senantiasa aman saat berkencan online:
  • Simpan kata sandi sendiri, jangan berbagi dengan orang lain, pastikan kata sandi rumit dan unik
  • Kika terlalu baik untuk menjadi kenyataan, maka periksalah
  • Luangkan sejenak waktu untuk memeriksa privasi digital
  • Buat rencana aman jika beralih dari dunia digital ke dunia nyata
  • Gunakan solusi keamanan siber atau VPN yang menyeluruh untuk melindungi diri

Sebaiknya pikirkan matang-matang sebelum berbagi data, karena internet memiliki memori yang panjang. Jika banyak berbagi data dengan cepat akan berakibat diri menjadi rentan. Jika ingin aman dari Stalkerware, maka dapat mengunjungi tautan ini. Kaspersky bersama para ahli dan organisasi di bidang kekerasan dalam rumah tangga bekerja sama untuk berbagi dukungan dan pengetahuan. Dukungan tersebut termasuk untuk korban, penelitian dan lembaga pemerintah. 

Persona digital perlu dibentuk dengan hati-hati. Setiap post, like, komentar dan foto turut andil pada persona digital. Informasi ini dapat mengungkap lebih banyak dibanding yang dimaksudkan. Jadi hati-hati dengan konten yang ingin dibagikan. Maksimalkan keamanan profil dengan mengaudit privasi akun media sosial untuk memahami apa yang terlihat oleh publik. Kustomisasi pengaturan privasi untuk mengendalikan orang-orang yang dapat melihat informasi pribadi dan post. Tinjau daftar teman dan pengikut secara rutin untuk meyakinkan diri mengenai siapa saja yang dapat mengakses informasi diri.

Share:

Artikel Terkini