Gambaran Keamanan Siber Tahun 2021 Prediksi Palo Alto Networks Gambaran Keamanan Siber Tahun 2021 Prediksi Palo Alto Networks ~ Teknogav.com

Gambaran Keamanan Siber Tahun 2021 Prediksi Palo Alto Networks


Teknogav.com – Tahun 2020 ini merupakan tahun yang penuh tantangan akibat dampak yang ditimbulkan pandemi COVID-19, termasuk dalam keamanan siber. Perkiraannya dampak ini pun masih akan terjadi selama beberapa tahun ke depan. Di penghujung tahun ini perusahaan harus dapat mempertimbangkan kembali strategi yang akan diterapkan di tahun depan dalam jangka waktu panjang. Transisi berbagai kegiatan yang beralih serba digital makin membuat manusia bergantung pada teknologi. Palo Alto Networks memprediksi hal-hal terkait dengan keamanan digitital di tahun 2021 berikut ini.

 

1.    Data pribadi makin banyak tersebar

Perdebatan mengenai privasi data makin mencuat akibat kebijakan travel bubble dan green lanes pascapandemi.Upaya pelacakan kontak menyadarkan konsumen mengenai pihak-pihak yang memiliki akses ke data pribadi. Ketatnya pelacakan kontak diinisiasi pemerintah untuk membantu melandaikan kurva COVID-19 di negara-negara kawasan Asia Timur. Faktor kunci lainnya untuk melandaikan kurva tersebut termasuk akses ke data yang akurat.
pelacakan kontak dan akses ke data yang akurat membantu melandaikan kurva COVID-19

Seiring makin bertambahnya jumlah infeksi dan gelombang-gelombang baru di banyak negara akan bertambah pula peluncuran aplikasi contact tracing. Future Market Insight memprediksi peningkatan peluncuran aplikasi contact tracing tersebut mencapai 15% per tahun. Inisiatif pelacakan kontak tak hanya dilakukan sektor dan layanan publik, tetapi juga oleh sektor swasta. Sejumlah negara menggunakan sistem Apple-Google Exposure Notification sebagai salah satu solusi yang diperhitungkan. 
 
Baca juga: Palo Alto Perkenalkan PAN-OS 10.0, Next-Generation Firewall berbasis Machine Learning

Kebijakan travel bubble dan reciprocal green lanes makin banyak diterapkan banyak negara demi memulihkan kembali sektor pariwisata dan perhotelan. Hal ini juga dipicu keinginan untuk bisa jalan-jalan dari masyarakat di seluruh dunia. Pergerakan data antara pihak pemerintah, maskapai penerbangan dan hotel menjadi kebutuhan krusial sehingga mengharuskan wisatawan berbagi data pribadi lintas negara. Efisiensi dan keamanan data tersebut membutuhkan kontrol keamanan yang tepat dan komunikasi transparan mengenai pengelolaan dan penyimpanan data tersebut.

Perdebatan mengenai cara data disimpan, diakses dan digunakan akan makin meruncing di tahun 2021. Hal ini terutama makin pedulinya individu mengenai keamanan data pribadi yang dibagikan ke pihak lain. Data-data yang diperoleh dari rapid test, pemantauan dan pengecekan secara konstan berlaku bagi semua orang, termasuk yang patuh peraturan. Wisatawan pun akan berpikir ulang mengenai informasi yang akan diberikan kepada pihak lain ketika kembali menjalani kegiatan berlibur.

2.    Sektor swasta mengambil alih peran pengadopsian 5G, karena pemerintah masih sibuk melawan pandemi COVID-19

Mulai tersedianya iPhone 12 di tahun 2021 akan menjumpai adopsi masal perangkat yang didukung 5G. Lebih banyak negara pun mempercepat peluncuran jaringan 5G seiring penerapan layanan baru bagi konsumen dan perusahaan yang diberikan operator telekomunikasi. Mereka berusaha memanfaatkan peluang pemulihan ekonomi di tahun 2021.

Penelitian Deloitte  memperkirakan sektor-sektor awal yang mengadopsi 5G mencakup pelabuhan, bandara dan pusat-pusat logistik lain. Sektor-sektor tersebut mencakup sepertiga pasar jaringan 5G yang dihadirkan pihak swasta pada kurun 2020-2025. Prediksi ini diukur dari tingkat belanja sektor-sektor tersebut dalam dolar.

Berdasarkan hasil survei Ciena, 31% responden sepakat bahwa manfaat terbesar 5G adalah kapabilitas dalam mewujudkan transformasi digital dan berbagai aplikasinya. Responden tersebut terdiri dari kalangan perusahaan di Singapura, Indonesia, Filipina dan Jepang. Sebagian besar pemerintah di kawasan Jepang dan Asia Pasifik (JAPAC) menjadi kunci pendorong peluncuran 5G. Pemerintah Australia menjanjikan investasi hampir AUD30 juta untuk pengujian 5G di berbagai sektor, termasuk agrikultur, pertambangan dan logistik. Di Bangkok, Thailand, rumah sakit meningkatkan perawatan pasien dan efisiensi operasional dengan memanfaatkan 5G. 

Baca juga: Platform SASE Prisma Access Sajikan Layanan Keamanan Komprehensif di Cloud 

Sayangnya kini pemerintah sibuk menangani COVID-19, sehingga sektor swasta mengambil alih kesiapan menuju 5G sebagai upaya memulihkan ekonomi. Sementara pemerintah berusaha mengatasi COVID-19 dan melipatgandakan inisiatif-inisiatis pemulihan lain, sektor swasta memimpin adopsi 5G. Kendati demikian, banyaknya node yang perlu dipasang membuat penerapan jaringan tersebut lebih menantang. Hal ini meningkatkan potensi paparan serangan siber secara dramatis.

Sektor swasta merupakan pemilik infrastruktur yang harus berhati-hati dalam merancang dan meluncurkan jaringan 5G. Kehati-hatian ini agar tak mengalami serangan yang sama saat menerapkan 3G dan 4G.

3.    Pengamanan makin dioptimalkan dan simpel sehingga bekerja dari rumah makin cerdas dan aman

Transformasi digital akan makin nyata. Adaptasi agar dapat bertahan menjadi kebutuhan terus menerus. Perusahaan-perusahaan makin gencar menerapkan solusi bekerja jarak jauh selama pemberlakan pembatasan sosial. Sayangnya banyak teknologi lama masih diandalkan untuk menerapkan solusi ini. Contohnya adalah koneksi VPN yang tak stabil, alat token fisik, dan gembok digital yang tak mendukung konektivitas secara simultan. Sejumlah karyawan yang tak paham akan keamanan siber bahkan menganggap solusi tersebut hanya sementara dan terlalu kompleks.

Baca juga: Solusi DLP dari Palo Alto Networks Mudahkan Pengamanan Data Perusahaan

Tahun 2021 akan fokus pada manusia itu sendiri, berbagai peluang baru bagi bisnis ditawarkan agar terus bertumbuh. Peluang tersebut juga mendukung karyawan menyelesaikan tugas mereka sehari-hari. Kebutuhan perangkat-perangkat mahal dengan daya komputasi lebih besar makin berkurang seiring dengan meningkatkan adopsi tools berbasis cloud. Desktop tervirtualisasi menjadi solusi yang makin populer.

perancangan ulang cara karyawan terhubung seiring dengan penerapan BYOD

Teknologi cloud memungkinkan perusahaan-perusahaan menyediakan solusi yang terhubung dan simpel sehingga karyawan dapat mengakses program dan sumber daya secara online. Penugasan atau kerja dapat dilakukan secara langsung sehingga melindungi aset vital perusahaan. Kebijakan untuk mebawa perangkat sendiri atau Bring Your Own Computer (BYOC) makin umum diterapkan. Perancangan ulang cara karyawan terhubung bisa menyederhanakan kerumitan keamanan siber terkait kebijakan BYOC sambil meningkatkan efisiensi dan efektivitas segmentasi jaringan.

Baca juga: Perluas Platform SASE, Palo Alto Networks Akuisisi CloudGenix

Pengantaran keamanan dilakukan melalui edge sehingga solusi semacam secure access service edge (SASE) sebagai standar keamanan siber baru. Hal ini berkat fleksibilitas, kesederhanaan dan visibilitas dari solusi tersebut.

4.    Semua pihak, termasuk tim TI perlu meninjau dan menata kembali bagian-bagian keamanan yang mendasar

Pemanfaatan cloud pada tahun 2021 tak hanya untuk mendukung tugas-tugas mendasar seperti email, tetapi makin banyak kegiatan yang divirtualisasikan. Perusahaan pun terdorong untuk menelaah kembali sistem keamanan di lingkungan cloud yang sedang digunakan.

Pengendalian keamanan jaringan tetap menjadi unsur penting dalam mendukung keamanan cloud, tetapi perusahaan juga perlu memperkuatnya dengan lapis tambahan. Penguatan dengan lapisan tambahan ini terutama di lingkup pengelolaan identitas dan akses atau identity and access management (IAM). Hal ini dilakukan seiring dengan peningkatan skalabilitas pada penggunaan cloud di perusahaan.

Pengamatan para peneliti Palo Alto Networks Unit 42 tahun 2020 mengungkap bahwa ssatu kesalahan konfigurasi IAM dapat membuka celah penyerangan. Penyerang bisa menyusup sampai ke seluruh lingkungan cloud, hampir seluruh kendali keamanan pun bisa ditembus. Banyaknya akun cloud yang mengalami kesalahan konfigurasi identitas ini menunjukkan risiko keamanan yang besar bagi organisasi. Risiko ini bahkan dapat berdapak ke seluruh lingkungan dengan cepat.

Selama pandemi, tim TI sibuk mengurus masalah-masalah mendasar. Pada tahun 2021, kemungkinan akan makin banyak perusahaan yang fokus menata kembali dan menyempurnakan fondasi yang sudah dibangun selama ini. Mereka pun akan lebih fokus pada hal-hal yang krusial. Perombakan dan pembenahan secara internal dilakukan pada tim dan peran yang sangat berkaitan dengan keamanan siber. Hal ini dilakukan untuk memperkuat lingkungan cloud.

Pada tahun 2025 nanti, diprediksi akan ada 310 juta orang di Asia Tenggara yang berbelanja secara online. Prediksi tersebut dilakukan Bain & Company dan Facebook pada tahun 2019. Dampak COVID-19 sepertinya akan memicu untuk mencapai angka tersebut di akhir tahun 2020. Perusahaan dan seluruh sektor industri perlu untuk melakukan migrasi aplikasi dan data ke cloud secepat mungkin. Kebutuhan ini memicu penerapan automasi di bagian-bagian tersebut terutama dengan peningkatan kompleksitas lingkungan hybrid multi-cloud.

Kecepatan yang disajikan cloud menuntut tim keamanan untuk bekerja lebih cepat dan mampu beradaptasi. Jika antisipasi terlambat dilakukan pada tahun 2021, kerentanan yang ditimbulkan bisa jauh lebih banyak dari perkiraan.

Share:

Artikel Terkini