Hati-hati, Lebih dari 31 Ribu Pengguna Smartphone Jadi Sasaran Stalkerware Hati-hati, Lebih dari 31 Ribu Pengguna Smartphone Jadi Sasaran Stalkerware ~ Teknogav.com

Hati-hati, Lebih dari 31 Ribu Pengguna Smartphone Jadi Sasaran Stalkerware


Teknogav.comState of Stalkware merupakan laporan tahunan Kaspersky yang mengungkapkan mengenai jumlah orang yang terkena dampak penguntitan digital secara global. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2023, ada 31.031 individu unik di seluruh dunia yang terkena dampak penguntitan. Mereka merupakan sasaran stalkerware, perangkat lunak pengawasan rahasia yang biasa digunakan untuk menguntit korban. Jumlah tersebut meningkat 5,8% dari 29.312 pengguna smartphone yang terdampak di tahun 2022. Padahal di tahun 2021 telah terjadi tren penurunan, ini berarti penguntitan global masih menjadi isu global.

Biasanya stalkerware menyamar sebagai aplikasi anti-pencurian atau kontrol orang tua (parental control) yang sah di smartphone, tablet dan komputer. Perangkat lunak tersebut memungkinkan pelaku mengendalikan kehidupan korban setelah memasangnya tanpa persetujuan dan pemberitahuan korban. Kemampuan stalkerware berbeda-beda, tergantung aplikasinya.

Baca juga: Hati-hati, 23% Pengguna Internet Dikuntit secara Digital setelah Berkencan

Berikut ini adalah peringkat 10 besar negara yang paling banyak terkena dampak stalkerware selama tahun 2023.


Negara

Pengguna yang terdampak

1

Rusia

9.890

2

Brasil

4.186

3

India

2.492

4

Iran

1.578

5

Turki

1.063

6

Indonesia

871

7

Amerika Serikat

799

8

Yaman

624

9

Meksiko

592

10

Jerman

577

Iran merupakan negara yang bertahan di posisi lima besar seperti tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2021, tak banyak perubahan pada daftar 10 negara yang terkena dampak terbesar. Namun, Jerman mengalami penurunan peringkat dari peringkat ketujuh pada tahun sebelumnya. Sementara itu, Arab Saudi yang menempati peringkat ke delapan di tahun 2022 sudah keluar dari daftar tersebut.
Penguntitan dan Kejerasan

Sejumlah 39% responden mengalami kekerasan atau pelecehan yang dilakukan pasangan saat ini atau sebelumnya. Mereka yang pernah mengalami semacam penguntitan online dari seseorang yang baru dikencani mencapai 23% dari responden di seluruh dunia. Secara keseluruhan, 40% pernah atau diduga mengalami penguntitan.

Baca juga: Risih Diintai Pasangan Diam-diam? Ini Tips Kaspersky Hindari Stalkerware

Sebaliknya, 12% responden mengaku memasang atau mengatur parameter di smartphone pasangannya. Sejumlah 9% mengakui memaksa pasangannya memasang aplikasi pemantauan. Namun, sejumlah 54% tak setuju memantau pasangan tanpa sepengetahuan mereka. Jumlah ini menunjukkan sentimen umum terhadap perilaku tersebut.

Ketidaksetujuan akan pemantauan kegiatan online pasangan secara konsensual dan pentingnya hak privasi ditunjukkan oleh 45% responden. Namun, 27% responden mendukung transparansi penuh dalam hubungan, pemantauan berdasarkan konsesus dipandang sebagai hal yang tepat. Sementara, 12% merasa pemantauan bisa diterima jika mencapai kesepakatan bersama.

“Temuan ini menyoroti keseimbangan antara kedekatan suatu hubungan dan perlindungan informasi pribadi. Sebaiknya kita meningkatkan kehati-hatian, terutama terkait data sensitif seperti kata sandi perangkat keamanan. Ketidakinginan untuk membagikan akses penting tersebut sejalan dengan prinsip keamanan siber. Kesediaan untuk membagikan kata sandi dan foto layanan streaming menandakan adanya perubahan budaya, meskipun individu harus menyadari potensi risiko bahkan dalam berbagi informasi yang tampaknya tidak berbahaya. Wawasan ini menekankan pentingnya membina komunikasi terbuka dalam hubungan, menetapkan batasan yang jelas, dan mendorong literasi digital. Bagi para profesional keamanan, hal ini memperkuat perlunya edukasi berkelanjutan mengenai praktik terbaik keamanan siber dan memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang tepat mengenai berbagi informasi pribadi dalam suatu hubungan,” ucap David Emm, pakar keamanan dan privasi data di Kaspersky.

Perlunya Kerja Sama Melawan Stalkerware

Saat ini, penggunaan stalkerware di sebagian besar negara di dunia tidak dilarang. Namun, pemasangan aplikasi tersebut di smartphone orang lain tanpa seizin pemiliknya merupakan tindakan ilegal dan dapat ditindak. Penanggung jawab tindakan tersebut adalah pelaku, bukan pengembang aplikasinya. Seiring kehadiran teknologi lain, stalkerware merupakan salah satu unsur penyalahgunaan yang dimungkinkan teknologi. Praktik ini sering dilakukan dalam hubungan yang mengandung kekerasan.

“Laporan ini menyoroti prevalensi perilaku penguntitan yang dilakukan dengan teknologi dan persepsi terkait privasi dalam hubungan pasangan. Penggunaan perangkat penguntit atau alat apa pun untuk memantau orang lain tanpa persetujuan merupakan pelanggaran privasi dan taktik penyalahgunaan yang umum. Laporan ini menunjukkan bagaimana individu yang melakukan kekerasan menggunakan berbagai taktik pemantauan, termasuk stalkerware dan aplikasi lain yang memfasilitasi pembagian informasi pribadi,” ucap Erica Olsen, Senior Director, Safety Net Project, National Network to End Domestic Violence (NNEDV).

Baca juga: Kekerasan Digital Melalui Stalkerware Sedikit Menurun di Tahun 2022

Norma dan perspektif privasi dalam hubungan pasangan juga dieksplorasi laporan ini. Sebagian besar responden mengaku bersedia berbagi informasi, baik demi alasan keamanan atau lainya. Sedangkan, 4% merasa enggan menyetujui pemantauan atas desakan pasangan. Penting untuk membedakan antara pembagian berdasarkan kesepakatan dan pemantauan no-konsensual. Konsensus merupakan persetujuan yang bebas dari paksaan atau tekanan.

Emma Pickering, Head of Technology-Facilitated Abuse and Economic Empowerment Team di Refuge mengomentasi temuan laporan ini, yaitu sebagai berikut:

“Statistik yang disorot dalam laporan ini benar-benar memprihatinkan, tetapi kami tidak terkejut. Di Refuge, kami melihat peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah penyintas yang melaporkan kekhawatiran akan stalkerware. Berdasarkan statistik yang ada, isu tentang Stalkerware merupakan suatu kekhawatiran yang meluas.
 
Kemungkinan besar kita melihat fenomena ini karena meningkatnya fitur stalkerware dalam Aplikasi parental control yang menjadikan kemampuan untuk menguntit makin mudah diakses. Meskipun kami secara aktif mencari stalkerware yang dimaksudkan untuk memantau mantan pasangan Anda, ada banyak bentuk stalkerware lain yang tersedia yang ditujukan untuk audiens yang tidak memahami fitur aplikasi saat mengunduhnya, atau untuk digunakan demi alasan berbahaya lainnya.

Penting juga untuk diingat bahwa kita jarang melihat segala bentuk penyalahgunaan teknologi dilakukan secara terpisah. Selain stalkerware, pelaku penyalahgunaan sering kali mengeksploitasi bentuk teknologi lain untuk menyebabkan kerugian dan kesusahan. Inilah sebabnya kami harus selalu memastikan, sebagai lembaga, untuk menyelesaikan evaluasi teknologi secara mendetail dan mendukung para penyintas demi memperoleh kembali akses ke seluruh akun dan perangkat mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk terus bekerja sama dengan komunitas teknologi demi memahami teknologi yang digunakan, mencoba mencegah penggunaannya untuk hal yang merugikan, dan mencoba membangun keselamatan secara kolaboratif.
 
Sayangnya, kami menyadari bahwa bagi banyak penyintas, menerapkan kata sandi pada perangkat atau tidak berbagi perangkat dan kata sandi adalah hal yang kerap sulit dilakukan. Kami menyarankan jika ada perasaan khawatir dan tidak aman, gunakanlah perangkat yang aman saat menghubungi lembaga berwenang untuk percakapan, email, atau pencarian sensitif apa pun, tanpa ada rasa tertekan akan dipantau.”


Pada dasarnya, stalkerware bukan masalah teknis, tetapi masalah yang membutuhkan tindakan dari seluruh lapisan masyarakat. Kaspersky berkomitmen untuk aktif melindungi pengguna dari ancaman ini dan menjaga dialog berlapis dengan organisasi nirlaba, industri, penelitian sampai lembaga publik di seluruh dunia untuk bekerja sama mencari solusi mengatasi masalah tersebut. Pada tahun 2019, Kaspersky merupakan perusahaan keamanan siber pertama di industri yang mengembangkan peringatan dan menginformasikan pengguna secara jelas jika perangkat penguntit ditemukan di gawai mereka.

Baca juga: Kaspersky Beri Tips Menghindari Stalkerware

Solusi Kaspersky sudah menandai aplikasi-aplikasi yang berpotensi berbahaya yang bukan malware, termasuk stalkerware selema bertahun-tahun. Fungsi notifikasi beru memberi peringatan ketika ada aplikasi ditemukan di perangkat yang kemungkinan bisa melakukan kegiatan pemantauan. Kaspersky bersama para pakar dan organisasi terkait bekerja sama di bidang kekerasan dalam rumah tangga. Kerja sama tersebut mencakup layanan dukungan korban dan program pelaku, sampai lembaga penelitian dan pemerintah. Tujuan kerja sama tersebut adalah untuk berbagi pengetahuan dan memberikan dukungan bagi para profesional dan korban.

Kaspersky juga turut berpartisipasi mendirikan Coalition Against Stalkerware di tahun 2019. Koalisi tersebut merupakan kelompok kerja internasional melawan stalkerware dan kekerasan dalam rumah tangga. Perusahaan Teknologi Informasi (TI) swasta, Lembaga Swadaya Msyarakat (LSM), lembaga penelitian dan lembaga penegak hukum disatukan oleh koalisi ini. Tujuan koalisi ini adalah melawan cyberstalking atau penguntita nsiber dan membantu korban pelecehan online.

Para pemangku kepentingan dapat berbagi keahlian dan bekerja sama untuk memecahkan masalah kekerasan online melalui konsorsium yang beranggotakan lebih dari 40 organisasi. Website Koalisi tersedia dalam tujuh bahasa berbeda. Pada website tersebut tersedia bantuan dan panduan bagi para korban jika mereka mencurigai adanya perangkat penguntit di gawai mereka.

Share:

Artikel Terkini