perjalanan inovasi Amazon |
Awalnya, Amazon sendiri merupakan startup di bidang penjualan buku online yang didirikan Jeff Bezos pada tahun 1994. Usaha ini kemudian berkembang menjadi berbagai kategori produk, termasuk penjualan DVD. Seiring dengan perkembangan zaman, Amazon pun menyediakan konten streaming di Amazon Prime. Pada tahun 2006, berdirilah AWS sebagai penyedia cloud computing. Perjalanan seiring perkembangan zaman tersebut menunjukkan budaya inovasi yang diusung oleh Amazon.
Baca juga: Platform SaaS Quincus Dukung Logistik Berbagai Sektor Usaha
Inovasi sebagai Budaya Perusahaan
Startup Indonesia sedang berusaha memanfaatkan peluang dan menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Salah satu upayanya adalah menerapkan budaya inovasi terus menerus di lingkungan perusahaan demi memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya. Priya Lakshmi, Head of Startup Business, AWS, ASEAN memaparkan mengenai kesenjangan pemahaman yang dimiliki startup mengenai cloud. AWS juga menghadirkan Jessica Hendrawidjaja, Chief Marketing Officer Shipper yang menjadikan inovasi tanpa henti sebagai budaya perusahaan.
Priya Lakshmi, Head of Startup Business, AWS, ASEAN |
Shipper merupakan solusi logistik terintegrasi untuk berbagai skala usaha dengan pelayanan dari hulu ke hilir. Sektor e-commerce yang terus tumbuh memberikan peluang besar bagi solusi yang ditawarkan Shipper untuk terus berkembang. Teknologi cloud AWS dapat membantu Shipper dan berbagai startup lain untuk berinovasi tanpa henti. Apalagi AWS memiliki misi untuk menjadi perusahaan yang sangat fokus pada pelanggan. Misi tersebut memastikan bahwa saat AWS berinovasi, kepentingan pelanggan akan selalu diprioritaskan. Perwujudan misi tersebut dilakukan dengan inovasi yang berkelanjutan tanpa henti.
Baca juga: JPMorgan Chase & Co Terus Lakukan Reinvent Bersama AWS
Empat Koridor Pengelompokkan Inovasi
Priya mengatakan bahwa inovasi dimulai dan diakhiri dengan pelanggan. Amazon dapat memahami secara mendalam situasi dan konteks untuk berinovasi bagi pelanggan dengan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pemahaman tersebut juga mencakup berbagai hal yang dapat ditingkatkan. AWS bekerja mundur dari kebutuhan pelanggan untuk menemukan cara mengejutkan dan menyenangkan pelanggan. Pemahaman situasi dan konteks pelanggan secara mendalam memungkinkan AWS untuk berinovasi bagi pelanggan.
"Di Amazon, kami melakukannya dengan cara mengelompokkan inovasi di sepanjang empat koridor berbeda, yakni budaya, organisasi, arsitektur, dan mekanisme. Budaya mengacu kepada perekrutan orang-orang untuk mengoperasikan sistem inovasi kami sesuai dengan sistem kepercayaan umum kami. Pilar kedua yang mendorong inovasi kami adalah organisasi: bagaimana kami mengatur bisnis kami agar cepat dan lincah? Ini mungkin salah satu perbedaan terbesar antara startup dan perusahaan tradisional. Hal ini juga merupakan salah satu faktor utama yang memungkinkan mereka tumbuh dengan cepat,” ucap Priya.
Baca juga: Boom Rancang Pesawat Supersonik Overture dengan Komputasi AWS
cara Amazon menata inovasi |
Amazon memiliki istilah two-pizza teams dalam mengatur SDM agar dapat mengoptimalkan inovasi dan menerapkan gagasan. Berdasarkan analogi tersebut, tim tak boleh menghabiskan dari dua porsi pizza, atau setiap tim terdiri dari 10 orang atau kurang. Ini karena tim yang berukuran kecil dapat mengambil keputusan lebih cepat. Konsep two-pizza teams diyakini lebih memicu inovasi bagi para pelanggan.
AWS membangun arsitektur di atas teknologi cloud sehingga mendukung dan mempercepat laju inovasi dengan tiga cara berikut ini:
- membuat prototipe dengan sangat cepat
- jika terjadi kegagalan tidak menanggung biaya yang mahal
- kemampuan meningkatkan skala operasional dalam waktu singkat
- Ketiga cara tersebut dilakukan sesuai sesuai pertumbuhan bisnis. Teknologi cloud menjadikan inovasi makin mudah diterapkan dan lebih terjangkau, baik di internal AWS maupun di kalangan pelanggan.
Mekanisme yang digunakan AWS adalah Proses Bekerja Mundur, yaitu dilandasi pemikiran dan ekskuesi inovatif yang berpusat pada pelanggan. AWS menggunakan mekanisme tersebut untuk memastikan membangun hal yang benar bagi pelanggan dan setiap inovasi berpusat pada pelanggan.
Budaya Inovasi Amazon Dukung Shipper Mencapai Tujuannya
Shipper merupakan salah satu contoh nyata budaya inovasi Amazon membantu startup mencapai tujuannya. Cita-cita Shipper adalah memampukan pertumbuhan bisnis lokal, mulai dari UMKM sampai perusahaan besar. Upaya tersebut dilakukan dengan menyediakan akses ke jaringan rantai pasok dan logistik yang terintegrasi. Apalagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar memiliki tantangan tersendiri dalam hal logistik. Shipper telah memanfaatkan solusi AWS dalam menyediakan layanannya sejak awal didirikan tahun 2017. Saat ini Shipper telah mendukung lebih dari 30.000 UKM yang tersebar di 35 kota.
Jessica Hendrawidjaja, Chief Marketing Officer Shipper |
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan yang diberikan AWS kepada kami dalam membangun perusahaan kami. Shipper telah bermitra dengan AWS sejak perusahaan kami didirikan pada tahun 2017 silam. Ketika bisnis baru mulai berjalan, dengan jumlah karyawan kurang dari 20 orang. Kami mengambil keputusan untuk ikut serta dalam program AWS Activate. Melalui program tersebut, kami menerima dukungan berbentuk AWS Credits sebesar 100 ribu dolar AS untuk membantu mengembangkan bisnis kami,” ucap Jessica.
AWS terus aktif memberikan pelatihan, dukungan dan saran bagi Shipper sampai saat ini, setiap saat dibutuhkan. Kini jumlah karyawan Shipper sudah lebih dari 900 orang, dan Shipper masih didampingi AWS yang terus berkomitmen mendukung pertumbuhan Shipper. AWS memprioritaskan pelanggan dan Bekerja Mundur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Prinsip tersebut juga sangat penting bagi Shipper, karena dengan mengetahui kebutuhan pelanggan, Shipper dapat memberikan solusi sesuai kebutuhan. Contohnya adalah ketika pelanggan perlu merampingkan dan mengintegrasikan aliran komunikasi dan sistem pelacakan, maka Shipper dapat memberikan solusi yang tepat.
Baca juga: Platform Zyllem Siap Dukung Pengelolaan Logistik Perusahaan
“Prinsip customer obsession (terobsesi dengan pelanggan) merupakan salah satu filosofi Amazon dan AWS yang tercermin di bisnis Shipper. Apa pun yang kami bangun adalah untuk kepentingan dan kepuasan pelanggan. Tim selalu memikirkan dan mencari tahu apa saja inovasi yang dapat kami luncurkan untuk membantu mereka. Kami percaya, ketika kami memiliki mentalitas yang berpusat pada pelanggan, maka bisnis kami berada dalam jalur yang tepat. Terima kasih kepada tim AWS karena telah menanamkan mentalitas itu ke dalam identitas Shipper,” ucap Jessica.
AWS juga membantu Shipper untuk terhubung dengan ekosistem startup lain dan startup lain yang membutuhkan layanan Shipper. Shipper pun kini memiliki rencana untuk terus berekspansi di Asia Tenggara.